BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Chikungunya berasal
dari bahasa Swahili berdasarkan
gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that
which contorts or bends up), mengacu pada postur penderita yang membungkuk
akibat nyeri sendi hebat (arthralgia).
penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian terutama
sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang
disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya
yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada
konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan
kadang-kadang disertai dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan
adanya kematian karena penyakit ini (Suharto, 2007).
Demam Chikungunya
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini pertama dideskripsikan pada tahun 1955
oleh Marion Robinsoni dan W.H.R Lumsden diikuti oleh kejadian KLB tahun 1952 di
Makonde, Plateau, daerah sepanjang Tanganyika and Mozambique.seperti halnya
penyakit malaria dan DBD, penyakit infeksi ini kebanyakan menjadi endemic di
Negara India, khususnya India bagian tengah dan selatan (Kamath at all, 2006).
Demam Chikungunya di Indonesia
dilaporkan pertama kali di Samarinda
pada tahun 1973,
kemudian berjangkit di Kuala Tungkal,
Martapura,
Ternate,
Yogyakarta
(1983), Muara
Enim (1999), selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain.
Awal 2001, kejadian luar biasa demam Chikungunya
terjadi di Muara
Enim, Sumatera Selatan
dan Aceh,disusul
Bogor
dan berdasarkan data yang diperoleh, selama 3 tahun terakhir penyakit ini juga
menyebar hampir di seluruh kecamatan. Attack rate setiap tahun
berturut-turut yaitu 1.35‰ (1328 orang) tahun 2008, 0.26‰ (260 orang) tahun
2009 dan bulan Januari sampai Oktober tahun 2010 0.33‰ (331 orang). Kasus
chikungunya terakhir terjadi pada bulan September 2010 di Kelurahan Pasir Kuda
dengan jumlah kasus sebanyak 41 orang atau 2.96% Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi
(Jawa Barat),Purworejo
dan Klaten
(Jawa Tengah).(Depkes 2007)
Vektor penular penyakit demam
Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A. africanus. A. aegypti yang
paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya karena hidup dalam
dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. A.
aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis (Suharto, 2007).
Nyamuk ini berkembang biak di dalam
air bersih dan tempat – tempat gelap yang lembab, baik di dalam maupun di dekat
rumah. Tempat yang sering dijadikan sarang untuk bertelur adalah drum, batok
kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga, ember, vas bunga, tangki air tempat
penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas dan botol-botol kosong serta
salah satu yang lain adalah talang atap rumah yang tergenang sisa air hujan
(Depkes RI, 2003).
Survey awal yang dilakukan di Dusun
Asem Kemis RT 05 RW IX Desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten Pati pada beberapa
penderita Chikungunya dari jumlah keseluruhan 32 orang, sebagian besar
penderita disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang bersih. Kebiasaan
masyarakat menganggap gigitan nyamuk itu bukanlah hal yang dapat membahayakan
kesehatannya. Masyarakat yang malas menggunakan obat nyamuk baik bakar maupun
oles juga dapat menyebabkan penyakit ini. Disamping itu kebiasaan menggantung
pakaian bekas pakai di kamar juga sangat menjadi faktor penyebab utama datangnya
nyamuk yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit chikungunya semakin marak.
Bila dilihat dari segi pelayanan
kesehatan dusun Asem Kemis RT 05 RW IX dekat dengan BPS, puskesmas
dan Rumah Sakit Umum Daerah Kayen. Pelayanan kesehatan disana juga sangat
tanggap atas masalah masyarakatnya, dikatakan oleh masyarakat kalau saat
penyakit Chikungunya itu baru menjangkit beberapa masyarakat pihak puskesmas
langsung melakukan tindakan fogging diwilayah tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan tentang “ faktor
perilaku, sikap danlingkunganyang dapat mempengarui terjadinya penyakit
chikungunya di dusun asem kemisRt 05 Rw IX desa kayen kecamatan kayen kabupaten
pati.
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruh terjadinya
penyakit chikungunya di dusun asem kemisRt 05 Rw IX desa kayen kecamatan kayen
kabupaten pati.
2.
Tujuan Khusus
a. MengetahuiDistribusikejadian Chikungunya
pada daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
b. Mengetahui
perilaku masyarakat tentang kejadian Chikungunya pada daerah dusun asem kemis
Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
c. Mengetahui
sikap masyarakat tentang kejadian Chikungunya pada daerah dusun asem kemis Rt
05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
d. Mengetahui
lingkungan masyarakat yang mempengaruhi kejadian Chikungunya pada daerah dusun
asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peningkatan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien chikungunya.
2.
Bagi IPTEK
Diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu keperawatan.
3.
Bagi Penulis
Menerapkan ilmu yang telah didapat dan turut serta meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
4.
Bagi Pasien Chikungunya
Mencegah
kembalinya penyakit chikungunya pada masyarakat dan mengoptimalkan kualitas
kehidupan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
CHIKUNGUNYA
Chikungunya berasal dari
bahasa Swahili berdasarkan
gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk
atau melengkung (that which contorts or bends up), mengacu pada postur
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). penyakit yang ditandai dengan
demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari
kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan
bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah
nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran
kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai
dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena
penyakit ini (Suharto, 2007).
Demam Chikungunya
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini pertama dideskripsikan pada tahun 1955
oleh Marion Robinsoni dan W.H.R Lumsden diikuti oleh kejadian KLB tahun 1952 di
Makonde, Plateau, daerah sepanjang Tanganyika and Mozambique.seperti halnya penyakit
malaria dan DBD, penyakit infeksi ini kebanyakan menjadi endemic di Negara
India, khususnya India bagian tengah dan selatan (Kamath at all, 2006).
Chikungunya misalnya,
penyakit ini dikenal dengan penyakit flu tulang, yang ditularkan oleh vektor
nyamuk Aedes aegypti dan Aedesalbopictus, yang vektor penular
penyakitnya sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara
penanggulangan telah dikenal oleh masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007).
Penyakit chikungunya masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat, terutama di kota-kota besar. Penyakit ini juga
merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat karena sering terjadi Kejadian
Luar Biasa (KLB).
B. GEJALA
Menurut Wikipedia,
gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa
demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang
khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada
tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang.
Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit
perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini dipindahkan dari satu penderita ke
penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti. Virus Aedes aegypti
ini akan berkembang biak di dalam tubuh manusia.
Virus ini menyerang semua usia, baik
anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderitaakan
mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam
lima hari. Pada anak kecildimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam
merah itu muncul setelah 3-5 hari. Matabiasanya merah disertai tanda-tanda
seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam.Pada anak yang lebih besar,
demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran
kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat
dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila
berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada
anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali
dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada
Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.Virus
ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun,
rasa nyeri sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan
(Suharto, 2007).
Gejala demam Chikungunya mirip
dengan demam berdarah dengue yaitu demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual,
muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik – bintik merah di kulit
terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada
Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian. Nyeri
sendi ini terutama mengenai sendi lutut, pergelangan kaki serta persendian jari
tangan dan kaki.Sakit sendi (artralgia atau artritis; sendi
tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama pasien. Keluhan sakit sendi
kadang – kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang (Suharto,
2007).
Kennedy dan Feyt melaporkan terjadinya
acute dan chronic arthritis akibat infeksi Chikungunya. Acute
arthritis bila dijumpai terasa sekali dan tidak tertahankan, dan
selanjutnya keluhan nyeri sendi, kaku, dan pembengkakan, dapat bertahan 4
bulan. Dilaporkan angka 12 % yang mengalami infeksi virus Chikungunya terjadi
keluhan sendi kronis. Untuk itu dicoba pemberian chloroquin phospat.
Pernah dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi
Chikungunya (Suharto, 2007).
C. PENYEBAB TERJADINYA CHIKUNGUNYA
Vektor penular penyakit demam
Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A. africanus. A. aegypti yang
paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya karena hidup dalam
dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. A.
aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis (Suharto, 2007).
Nyamuk ini berkembang biak di dalam
air bersih dan tempat – tempat gelap yang lembab, baik di dalam maupun di dekat
rumah. Tempat yang sering dijadikan sarang untuk bertelur adalah drum, batok
kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga, ember, vas bunga, tangki air tempat
penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas dan botol-botol kosong serta
salah satu yang lain adalah talang atap rumah yang tergenang sisa air hujan
(Depkes RI, 2003).
HIVK sebagai penyebab
demam Chikungunya masih belum diketahui pola masuknya ke Indonesia. Sekitar
200-300 tahun lalu CHIKV merupakan virus pada hewan primata di tengah hutan
atau savana di Afrika. Satwa primata yang dinilai sebagai pelestari virus
adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus di hutan (sylvatic
cycle) di antara satwa primata dilakukan oleh nyamuk Aedes sp (Ae africanus,
Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri). Pembuktian
ilmiah yang meliputi isolasi dan identifikasi virus baru berhasil dilakukan
ketika terjadi wabah di Tanzania 1952-1953. (Judarwanto,2009)
Setelah beberapa
lama, karakteristik CHIVKvirus yang semula bersiklus dari satwa – primata –
nyamuk – satwa – primata, dapat pula bersiklus manusia – nyamuk – manusia.
Tidak semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah
permukiman (urban cycle), siklus virus chikungunya dibantu oleh nyamuk Aedes
aegypti. Beberapa negara di Afrika yang dilaporkan telah terserang virus
chikungunya adalah Zimbabwe, Kongo, Burundi, Angola, Gabon, Guinea Bissau,
Kenya, Uganda, Nigeria, Senegal, Central Afrika, dan Bostwana. Sesudah Afrika,
virus chikungunya dilaporkan di Bangkok (1958), Kamboja, Vietnam, India dan Sri
Lanka (1964), Filipina dan Indonesia (1973). Chikungunya pernah dilaporkan
menyerang tiga korp sukarelawan perdamaian Amerika (US Peace Corp Volunteers)
yang bertugas di Filipina, 1968. (Judarwanto, 2009).
D.
CARAPENCEGAHAN
Menurut Wikipedia,
cara menghindari penyakit ini adalah dengan membasmi nyamuk pembawa virusnya.
Ternyata nyamuk ini punya kebiasaan unik. Pertama, Mereka senang hidup dan
berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga
kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Kedua, Serangga bercorak
hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti
baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Ketiga, nyamuk ini sangat menyukai
tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk
Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan
memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan
penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi
nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan
jentik-jentiknya. malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan
menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka hinggap di
dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.
Masih menurut
Wikipedia, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini
adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga
dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut
berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang
memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang.
Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai
sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi
pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta
lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut. Kabar baiknya, penyakit ini
sulit menyerang penderita yang sama. Sebabnya, pada tubuh penderita akan
membentuk antibodi yang akan membuat mereka kebal terhadap wabah penyakit ini
di kemudian hari. Dengan demikian, kecil kemungkinan bagi mereka untuk kena
lagi.
E.
CARA
PENGENDALIAN
Jenis kegiatan yang
dilakukan untuk melakukan pengendalian penyebaran nyamuk penyebab Chikungunya
meliputi :
1. Penyemprotan
massal Desa/kelurahan rawan dapat merupakan sumber penyebarluasan penyakit ke
wilayah lain. Kejadian luar biasa/wabah demam Chikungunya sering kali dimulai
dari peningkatan jumlah kasus demam Chikungunya di wilayah lain. Biasanya di
desa/kelurahan ini, pada tahun-tahun berikutnya akan terjadi kasus demam
Chikungunya. Oleh karena itu penularan penyakit di wilayah ini deperlukan
segera dibatasi dengan penyemprotan insektisida dan diikuti PSN oleh masyarakat
untuk membasmi jentik-jentik penular demam Chikungunya. Penyemprotan ini
dilaksanakan sebelum musim penularan penyakit demam Chikungunya di desa rawan
agar sebelum terjadi puncak penularan virus Chikungunya, populasi nyamuk
penular dapat ditekan serendah-rendahnya sehingga KLB dapat dicegah (Depkes RI,
2004).
2. Pemantauan
Jentik Berkala (PJB) Pemantauan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat
penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk A. aegypti untuk
mengetahui adanya jentik nyamuk yang dilakukan di rumah dan di tempat umum
secara teratur sekurang-kurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan
populasi jentik nyamuk penular penyakit demam Chikungunya.
3. Pemberantasan
Sarang Nyamuk yang dilakukan oleh masyarakat meliputi menguras bak mandi
seminggu sekali, Mengubur barang bekas
yang dapat menampung air, Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi),
Memelihara ikan dan cara-cara lain untuk membasmi jentik.
F.
CARA
PENGOBATAN
Demam Chikungunya
termasuk “Self Limiting Disease” atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya.
Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan
hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat
penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Sebaiknya
dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal. Antibiotika tidak diperlukan pada
kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder
tidak bermanfaat. Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan
makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum
sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah
segar. Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk
penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak
protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh
yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak
juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi
demam (Medicastore, 2010).
G.
PENYAKIT
MENURUT GORDON
1.
Unsur
Penjamu (Host)
Faktor
yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit :
·
Daya tahan tubuh yang tidak stabil
Daya tahan tubuh manusia yang tidak
stabil akan mempermudah bagi penyakit yang menyerang orang tersebut, akan
tetapi jika daya tahan tubuh orang tersebut baik maka akan sulit bagi penyakit
untuk memasuki tubuh orang tersebut.
·
Perilaku masyarakat terhadap wabah
Chikungunya
Masyarakat sangat tidak tanggap atas
wabah yang menyerang di daerahnya, ditunjukkan dengan saat wabah Chikungunya
baru menyerang beberapa orang mereka tidak merubah perilakunya yang senang
menggantungkan baju bekas pakai, lalu sampah yang dapat menjadi genangan nyamuk
seperti kaleng atau ember yang rusak tidak mereka kubur. Masyarakat menganggap
nyamuk itu hewan wajar yang muncul setiap musim hujan datang.
2.
Agent
(Unsur Penyebab)
·
Unsur organisme hidup akan kuman yang
menyebabkan penyakit chikungunya adalah nyamuk Nyamuk A. aegypti dan A.
africanus. A. Aegypti
·
Penyebab fisik dalam wabah
chikungunya ini berupa sampah yang tidak dibuang pada tempatnya, selain itu genangan air yang menjadi tempat berkembangnya
nyamuk juga menjadi faktor utama.
3.
Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu
individu yang tergolong faktor lingkungan meliputi penduduk yang padat.
Lingkungan yang dekat dengan sawah juga dapat mempengaruhi jumlah nyamuk yang
tersebar di daerah tersebut. Musim penghujanpun menyebabkan berkembangnya
nyamuk yang sangat pesat.
Dari analisa dengan Gordon terjadi peningkatan
penyebaran penyakit Chikungunya di daerah dusun asem kemis Rt
05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati.
Disini terjadi pergeseran pada faktor lingkungan sebagai
pemicu terjadinya peningkatan kasus Chikungunya hal ini didukung oleh perilaku
masyarakat, sikap dan adanya perubahan cuaca yang menurunkan daya tahan tubuh.
H.
PENYAKIT
MENURUT HL.BLUM
1.
Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan
faktor luar dari individu. Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kondisi
masyarakat. Hal-hal yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh manusia adalah
:
a. Jumlah penduduk
yang padat
b. Lingkungan yang
kurang bersih
c. Lingkungan didekat
sawah yang membuat penyebaran nyamuk marak
d. Lingkungan
fisik seperti perubahan cuaca dan musim
Dari analisa terjadinya penyebaran
wabah Chikungunya di daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen
Kec.kayen Kab.Pati, ada pergeseran pada faktor lingkungan sebagai pemicu utama
penyebaran wabah chikungunya yaitu jumlah penduduk yang padat, kurangnya
kebersihan lingkungan dan daerah yang dekat sawah menyebabkan penyebaran nyamuk
yang banyak, selain itu musim penghujan juga dapat menyebabkan nyamuk semakin
banyak dan menurunnya imunitas tubuh sehingga mudah terkena penyakit.
2. Faktor
Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat
yang meremehkan gigitan nyamuk dan hanya menganggapnya
itu hal yang biasa hanya menyebabkan gatal dan tidak akan menyebabkan masalah
terhadap kesehatannya.
3. Genetik
Penyebaran
penyakit Chikungunya disebabkan oleh gigitan nyamuk, sehinnga genetik atau
faktor keturunan tidak mempengaruhi penyebaran ataupun penyebab masalah ini.
4. Faktor
pelayanan kesehatan
Ruang lingkup pelayanan
kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan orang banyak, maka peran pemerintah
dalam pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai porsi besar, namun karena
terbatasnya sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau
diikut sertakan dalam upaya kesehatan masyarakat tersebut.
Di daerah dusun asem
kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati pelayanan kesehatan yang
terdapat disana sudah tanggap atas wabah Chikungunya yang terjadi, ditunjukkan
dengan dilakukannya fogging saat wabah baru menyerang beberapa warganya.
I.
PERILAKU
MENURUT L.GREEN
perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi pada
hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007).
1.
Faktor
predispossing (predispossing faktor)
a. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan masyarakat pada
kasus penyakit Chikungunya tidak menjadi hal yang mempengaruhi, karena masyarakat
daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Patisudah
mengerti akan penyakit Chikungunya dan penyebabnya adalah nyamuk.
b. Sikap
Sikap masyarakat sangat mempengaruhi
akan penyebaran penyakit Chikungunya, karena masyarakat yang meremehkan gigitan
nyamuk kalau hal tersebut hanya akan menyebabkan gatal dan tidak akan
mempengaruhi kesehatannya. Sikap tersebut harus dirubah karena akan merugikan
dirinya sendiri.
c. Tradisi
dan kepercayaan
Tidak ada tradisi dan kepercayaan
masyarakat daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
yang mempengaruhi penyebab atau pengaruh dari penyakit Chikungunya.
d. Tingkat
pendidikan
Penyakit Chikungunya yang menyerang
masyarakat daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, baik masyarakat yang mempunyai
tingkat pendidikan rendah maupun tinggi juga dapat terserang penyakit ini.
e. Tingkat
sosial ekonomi
Tidak ada pengaruh tingkat sosial
ekonomi masyarakat yang dapat mempengaruhi penyakit Chikungunya. Karena
penyakit ini menyerang semua kalangan masyarakat baik yang ekonominya tinggi
maupun rendah.
2.
Faktor
pemungkin (enabling faktor)
a. Ketersediaan
pelayanan kesehatan
Bila dilihat dari ketersediaan
pelayanan kesehatan di daerah dusun asem kemis Rt
05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati sudah memadai. Sudah terdapat bidan desa
yang rumahnya dekat dengan rumah warga, puskesmas jaraknya ± 1 km sedangkan
RSUD kayen juga jaraknya dekat sekitar ± 2 km. Jadi pelayanan kesehatan tidak
ada masalahnya dan mudah terjangkau oleh masyarakat.
b. Peraturan
pemerintah daerah
Peraturan pemerintah daerah dusun asem
kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Patidengan bantuan petugas kesehatan
untuk melakukan penyuluhan kepada warga tentang 3M (mengubur, menguras dan
menutup).
3.
Faktor
penguat (reinforcing faktor)
a. Perilaku
petugas kesehatan
Perilaku petugas kesehatan terhadap
penyebaran penyakit Chikungunya sudah tanggap ditunjukkan dengan sudah
dilakukannya penelitian oleh pihak puskesmas ke dusun asem kemis Rt 05 Rw IX
desa kayen Kec.kayen Kab.Pati saat penyakit ini baru menyerang beberapa warga.
Sampai saat ini pihak puskesmas masih melakukan pemantauan karena penyakit
Chikungunya ini masih menyerang beberapa warga diluar Rt 05 Rw IX.
b. Perilaku
tokoh masyarakat
Perilaku tokoh masyarakat di daerah asem kemis Rt 05 Rw
IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati menunjukkan kalau mereka cekatan, ditunjukkan
dengan dilakukannya pelaporan kepada petugas kesehatan dan meminta untuk
dilakukan Fogging saat penyakit ini mulai muncul. Warga juga diajak untuk
melakukan kegiatan kerja bakti. Pihak tokoh masyarakat seperti ketua RW dan
Ketua RT juga menjadi warga yang menderita penyakit Chikungunya.
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis
Data
1. Data
Umum
Wilayah asem kemis Rt 05 Rw IX desa
kayen Kec.kayen Kab.Pati merupakan daerah dekat dengan kecamatan yang ramai dan
berpenduduk padat. Jarak tempuh ke pelayanan kesehatan ± 1 km.
Dari survey dan penelitian yang
kami lakukan pada 20 penderita Chikungunya di daerah asem kemis Rt 05 Rw IX
desa kayen Kec.kayen Kab.Pati pada tanggal 25 s/d 28 Agustus 2014 dan tanggal
survey susulan pada tanggal 23 s/d 25 September 2014 lalu dilanjutkan penyebaran
kuesioner pada tanggal 16 Oktober 2014 kami mendapatkan data sebagai berikut :
1.1 Data
demografi
Jumlah responden : 20 jiwa
Yang terdiri dari
:
1) Jumlah
responden laki-laki : 8 Warga
2) Jumlah
responden perempuan : 12 Warga
a. Distribusi
responden menurut tingkat umur.
Grafik
1
Distribusi
responden di Daerah Asem Kemis
menurut
tingkatan umur
Tabel
1
Distribusi
responden menurut tingkatan umur
didaerah
asem kemis
No
|
Tingkatan Umur
|
Jumlah
|
%
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
0-10 tahun
|
2
|
2
|
20 %
|
2
|
11-20 tahun
|
2
|
1
|
15 %
|
3
|
21-30 tahun
|
1
|
1
|
10 %
|
4
|
31-40 tahun
|
1
|
2
|
15 %
|
5
|
41-50 tahun
|
1
|
3
|
20 %
|
6
|
51-60 tahun
|
2
|
1
|
15 %
|
7
|
61-70 tahun
|
0
|
1
|
5 %
|
|
Jumlah
|
9
|
11
|
100
|
Rata-rata responden berdasarkan tingkatan umur
paling tinggi 20% dengan jumlah laki-laki 2 dan perempuan 2 pada umur 0 - 10
Tahun lalu pada umur 41 - 50 Tahun
dengan jumlah laki-laki 1 orang dan
perempuan 3 orang dari jumlah responden 20 orang.
b. Distribusi
responden menurut tingkat pendidikan
Grafik
2
Distribusi
responden di Daerah Asem Kemis
menurut tingkatan pendidikan
Tabel
2
Distribusi
responden menurut tingkatan pendidikan didaerah asem kemis
No
|
Tingkatan Pendidikan
|
Jumlah
|
%
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Balita
|
1
|
1
|
10%
|
2
|
Tidak Sekolah
|
0
|
1
|
5%
|
3
|
Tamat SD
|
1
|
6
|
35%
|
4
|
Tamat SMP
|
5
|
3
|
40%
|
5
|
Tamat SMA
|
0
|
2
|
10%
|
6
|
Tamat PT
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
7
|
13
|
100%
|
Rata-rata
responden berdasarkan pendidikan paling tinggi 40% dengan jumlah laki-laki 5
orang dan perempuan 3 orang dari 20 responden dengan tamatan SMP
c. Distribusi
responden menurut tingkata pekerjaan di Daerah asem kemis
Grafik
3
Distribusi
responden menurut tingkata pekerjaan
di
Daerah asem kemis
Tabel
3
Distribusi
responden menurut tingkatan pekerjaan
didaerah
asem kemis
NO
|
Tingkat
Pekerjaan
|
JUMLAH
|
%
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
|||
1.
|
Dibawah
Umur
|
1
|
1
|
10%
|
2.
|
Petani
|
1
|
0
|
5%
|
3.
|
Pedagang
|
2
|
8
|
50%
|
4.
|
Pelajar
|
2
|
2
|
20%
|
5.
|
RM
Tangga
|
0
|
2
|
10%
|
6.
|
Parkir
|
1
|
0
|
5%
|
|
Jumlah
|
7
|
13
|
100%
|
Rata-rata
responden berdasarkan pekerjaan paling tinggi 50% sebagai pedagang dengan
jumlah laki-laki 2 orang dan perempuan 8 orang dari 20 responden.
1.1 Sarana prasarana
Sarana prasarana yang terdapat di wilayah asem kemis
Rt 05 Rw IX desa kayen Kecamatan kayen terdapat :
- 1
Puskesmas Kayen
- 1
Bidan Praktek
- 2
mantri Suntik
1.2 Lingkungan
Di daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen
Kec.kayen Kab.Pati, Lingkungan sebagai pemicu utama penyebaran wabah
chikungunya yaitu jumlah penduduk yang padat, kurangnya kebersihan lingkungan
dan daerah yang dekat sawah menyebabkan penyebaran nyamuk yang banyak, selain
itu musim penghujan juga dapat menyebabkan nyamuk semakin banyak dan menurunnya
imunitas tubuh sehingga mudah terkena penyakit.
2. Data
Khusus
a. Dari
74 penderita chikungunya kmi mengambil semple 20 penderita dan kami mendapatkan
data berdasarkan umur penderita
chikungunya sebagai berikut.
No
|
Tingkatan Umur
|
Jumlah
|
%
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
0-10 tahun
|
2
|
2
|
20 %
|
2
|
11-20 tahun
|
2
|
1
|
15 %
|
3
|
21-30 tahun
|
1
|
1
|
10 %
|
4
|
31-40 tahun
|
1
|
2
|
15 %
|
5
|
41-50 tahun
|
1
|
3
|
20 %
|
6
|
51-60 tahun
|
2
|
1
|
15 %
|
7
|
61-70 tahun
|
0
|
1
|
5 %
|
|
Jumlah
|
9
|
11
|
100
|
Grafik 4
Data
penyakit Chikungunya di Desa Asem Kemis
Rata-rata berdasarkan
tingkatan umur responden paling tinggi pada umur 0 – 10 tahun dengan jumlah 2
orang laki-laki dan 2 orang perempuan dan pada umur 41-50 tahun dengan jumlah 1
laki-laki dan 3 perempuan.
a. Dari
74 penderita chikungunya kami mengambil semple 20 penderita dan kami
mendapatkan data penderita chikungunya.
Diagram
Lingkungan Responden
Tabel
5
Hasil
Penelitian dari 20 responden di dapat :
No
|
Nilai
|
Keterangan
|
Jumlah
Responden
|
%
|
1.
|
>
6
|
Baik
|
0
|
0%
|
2.
|
3
– 6
|
Sedang
|
14
|
70
%
|
3.
|
<
3
|
Buruk
|
6
|
30
%
|
Dari hasil penelitian
dari factor lingkungan yang
dilakukankepadamasyarakat 70% menunjukkan kategori sedang dan didukung dengan
hasil wawancara kepada responden bahwa mereka menjaga lingkungan rumahnya dengan cara membersihkan rumah setiap hari, membakar sampah yang terdapat di
dekatrumah.
2. Perilaku
Responden
Diagram
Perilaku Responden
Tabel
6
Hasil
penelitian dari 20 responden di dapat :
No
|
Nilai
|
Keterangan
|
Jumlah
Responden
|
%
|
1.
|
> 6
|
Baik
|
0
|
0
|
2.
|
3 – 6
|
Sedang
|
5
|
25
%
|
3.
|
< 3
|
Buruk
|
15
|
75
%
|
Dari hasil penelitian
dari factor perilaku yang dilakukan kepada
masyarakat 75% menunjukkan kategori buruk dan didukung dengan hasil wawancara
kepada responden cara mereka mengurangi nyamuk yang terdapat dirumahnya dengan menggunakan obat nyamuk
saat tidur, memakai lotion, dan kebanyakan masyarakat menggunakan kipas angin untuk
mengusir nyamuk.
3. Sikap
Responden
Diagram
Sikap Responden
Tabel
3
Hasil
Penelitian dari 20 responden di dapat :
No
|
Nilai
|
Keterangan
|
Jumlah
Responden
|
%
|
1.
|
>
6
|
Baik
|
8
|
40%
|
2.
|
3 –
6
|
Sedang
|
11
|
55%
|
3.
|
<
3
|
Buruk
|
1
|
5%
|
Dari hasil penelitian
dari factor sikap yang dilakukan kepada
masyarakat 55% menunjukkan kategori sedang dan didukung dengan hasil wawancara
kepada responden dengan cara memeriksakan kembali ketika penyakit kambuh dan mereka
kebanyakan mengutamakan istirahat yang cukup karena menurut warga bila mereka kecapekan
maka penyakit Chikungunya akan terasa lagi.
3. Distribusi
a. Person
Penyakit Chikungunya
yang ada di daerah asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
dipengaruhi oleh :
1. Faktor
biologi yaitu menurunnya daya tahan tubuh saat musim penghujan sehingga menyebabkan
manusia mudah terkena penyakit.
2. Faktor pekerjaan yaitu
dominana pada masyarakat dusun asem kemis bekerja sebagai
pedagang sebanyak 50% dari jumlah responden 20 orang hal itu karena mereka
melakukan interaksi dengan masyarakat yang luas bukan Cuma dengan warga sekitar
tapi lebih luas lagi.
b. Time
Pada bulan Mei 2014 di temukan
kasus Chikungunya pada warga asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen
Kab.Pati dengan jumlah 74 warga, baik dari kalangan anak balita sampai lanjut usia.
Disebabkan karena bulan Mei adalah musim penghujan.Sehingga terdapat banyak nyamuk yang bisa menyebabkan penyebaran penyakit
Chikungunya.
c. Place
Kebanyakan tempat tinggal
penduduk di desa kayen RT.05 RW.IX untuk fentilasi udara kebanyakan tidak
dibuka, sehingga udara menjadi lembab dan banyak nyamuk.Disamping itu juga padatnya
penduduk menyebabkan banyaknya selokan-selokan yang tersembut saat hujan dan menyebabkan
penyebaran penyakit Chikungunya menjadi lebih cepat.
B.
PEMBAHASAN
Analisa pendekatan epidemiologi penyakit Chikungunya
pada warga didaerah Asem Kemis Desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
1. Penyebaran
a. Time
atau waktu
Dalam
kejadian Chikungunya di dusun Asem Kemis Desa Kayen yang terjadi dibulan mei
2014 karena pada saat itu sedang terjadi musim hujan, jadi banyak nyamuk yang
terdapat di desa tersebut.
b. Place
atau tempat
Kejadian
Chikungunya di dusun Asem Kemis Desa Kayen dipengaruhi oleh tempat karena
lingkungan di dusun Asem Kemis Desa Kayen padat penduduk sehingga penularan
Chikungunya oleh nyamuk lebih cepat.
c. Man
atau orang
Kejadian
Chikungunya di dusun Asem Kemis Desa Kayen dipengaruhi oleh pekerjaan dan kekebalan tubuh.
2. Factor
Lingkungan
Dari hasil penelitian
berdasarkan factor lingkungan yang dilakukan
kepada masyarakat 70% menunjukkan kategori sedang dan didukung dengan hasil
wawancara kepada responden bahwa mereka menjaga lingkungan rumahnya dengan cara
membersihkan rumah setiaphari, membakar sampah yang terdapat di dekat rumah.
Penyakit chikungunya
ini berkait dengan kesehatan lingkungan. Kesadaran menciptakan lingkungan yang
bersih menjadi keharusan tiap orang. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus
bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada
musim hujan. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi
hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga
terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta
lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.
Jadi kebiasaan
masyarakat yang tidak membuka jendela harus dirubah supaya banyaknya nyamuk
yang biasa terdapat di musim hujan tidak masuk rumah dan adanya fentilasi
cukup, selain itu juga membersihkan rumah setiap hari juga harus selalu dilakukan.
3.
Factor Perilaku
Dari hasil penelitian
dari factor perilaku yang dilakukan
kepada masyarakat 75% menunjukkan kategori buruk dan didukung dengan hasil
wawancara kepada responden cara mereka mengurangi nyamuk yang terdapat
dirumahnya dengan
menggunakan obat nyamk saat tidur, memakai lotion, dan kebanyakan masyarakat
menggunakan kipas angin untuk mengusir nyamuk.
Berdasarkan Margono S
(1998) mengemukakan bahwa perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi :
pertama, domain perilaku pengetahuan (knowing behavior), kedua, domain perilaku
sikap (feeling behavior) dan ketiga, domain perilaku keterampilan (doing
behavior). Pada penyakit Chikungunya perilaku sikap masyarakat lebih dominan
ditunjukka bahwa masyarakat menggantungkan baju bekas pakai dikamar mereka
karena menurut mereka hai ini wajar dan tidak berpengaruh datangnya nyamuk.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan
sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,
ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
4. Factor
Sikap
Dari hasil penelitian
dari factor sikap yang dilakukan kepada
masyarakat 55% menunjukkan kategori sedang dan didukung dengan hasil wawancara
kepada responden dengan cara memeriksakan kembali ketika penyakit kambuh dan
mereka kebanyakan mengutamakan istirahat yang cukup karena menurut warga bila mereka
kecapekan maka penyakit Chikungunyakan terasa lagi.
Kebanyakan
dari masyarakat membersihkan lingkungannya dengan cara membakar sampah yang
terdapat dirumahnya hal ini karena mereka mengantisipasi akan banyaknya nyamuk
yang terdapat disekitar rumahnya hal ini senada dengan pengertian Sikap yaitu
suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku
(dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003). Sehingga setelah masyarakat terkena
penyakit Chikungunya mereka mulai perhatian dengan sampah yang terdapat di
daerahnya yang dulunya mereka remehkan, selain itu masyarakat juga mengerti
akan pentingnya istirahat setelah mengenal penyakit Chikungunya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan
gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that
which contorts or bends up), mengacu pada postur penderita yang membungkuk
akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). penyakit yang ditandai dengan demam
mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki
dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik
kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot,
sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai dengan
gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena penyakit ini
(Suharto, 2007).
Chikungunya misalnya, penyakit ini dikenal
dengan penyakit flu tulang, yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti
dan Aedesalbopictus, yang vektor penular penyakitnya sama dengan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara penanggulangan telah dikenal
oleh masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007).
Penyakit chikungunya masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat, terutama di kota-kota besar. Penyakit ini juga merupakan
suatu masalah kesehatan masyarakat karena sering terjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB). Setelahdilakukan survey Chikungunya di desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten
Pati, didapatkan hasil factor-faktor yang mempengaruhi penyakit Chikungunya yaitu
:
1.
Factor lingkungan yang belum sehat,
di dapatkan hasil responden 20 penderita yaitu lingkungan sedang 70% dan lingkungan
buruk 30%.
2.
Factor perilaku angggota masyarakat
yang belum berperilaku sehat, dari hasil responden 20 penderita Chikungunya yaitu
perilaku sedang 25% dan perilaku buruk 75% .
3.
Factor sikap anggota masyarakat yang
mau berperilaku hidup sehat dari hasil responden 20 penderita yaitu sikap sedang
55% dan buruk 5%.
4.
Factor distribusi dari :
a. Person :
Pengetahuan sedang tentang penyakit chikungunya, perilaku perilaku
masyarakat yang disebabkan kurang perdulinya dengan kesehatan, sehingga menyebabkan
perilaku dan sikap masyarakat yang tidak menutup tempat penampungan air,
menggantung baju bekas dan membuka jendela pada waktu pagi sampai sore hari
yang dapat menyebabkan banyakknya nyamuk dan sebagainya.
b. Tempat
: lingkungan rumah yang cukup bersih, tapi fentilasi dan pencahayaan yang
kurang sehingga sirkulasi udara kurang lancar
B.
Saran
Penyakit
chikungunya Bukan penyakit yang mematikan tetapi bila dibiarkan bisa berakibat
fatal bahkan bisa sampai kelumpuhan. Untuk mencegah penyakit itu berkembang,
sehingga berakibat fatal sebaiknya merubah perilaku yang tidak
sehat, seperti :
1. Menerapkan
3M (menguras, mengubur dan menutup)
2. Selalu
membersihkan lingkungan sekitar
3. Selalu
membuka fentilasi rumah agar sirkulasi udara lancer
4. Saat
sakit segera dibawa kerumah sakit, dokter dan petugas kesehatan setempat
KUESIONER
PENELITIAN CHIKUNGUNYA
ANALISI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DUSUN ASEM KEMIS RT 05
RW IX DESA KAYEN KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI
Faktor
Lingkungan :
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Apakah ada banyak
sampah dilingkungan sekitar anda?
|
|
|
2.
|
Apakah anda tinggal
disekitar persawahan ?
|
|
|
3.
|
Apakah anda bertempat
tinggal di daerah yang banyak penduduknya ?
|
|
|
4.
|
Apakah rumah anda
dekat dengan tempat pembuangan sampah ?
|
|
|
5.
|
Apakah di lingkungan
anda banyak genang air ?
|
|
|
6.
|
Apakah tempat hewan
ternak anda berada disekitar rumah ?
|
|
|
7.
|
Apakah saat musim
penghujan saluran air dirumah anda berjalan lancar ?
|
|
|
8.
|
Apakah ventilasi
rumah anda dibuka setiap pagi dan ditutup setiap sore?
|
|
|
Bagaimana cara anda merawat lingkungan
daerah rumah anda supaya penyakit chikungunya tidak menyerang anggota keluarga
anda lagi ?
Jawab:.........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Faktor perilaku :
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Apakah anda menutup
penampungan air ?
|
|
|
2.
|
Apakah keluarga
membawa anggota keluarga ke dokter maupun bidan bila sedang sakit misalnya
“panas”
|
|
|
3.
|
Apakah anda mengubur
kaleng-kaleng bekas yang menjadi tempat genangan air?
|
|
|
4.
|
Apakah anda sering
menguras bak mandi ?
|
|
|
5.
|
Apakah keluarga
sering tidur menggunakan kelambu dan lotion anti nyamuk ?
|
|
|
6.
|
Apakah anda sering
menggantung baju bekas pakai di kamar tidur ?
|
|
|
7.
|
Apakah keluarga
membersihkan rumah setiap hari ?
|
|
|
8.
|
apakah keluarga
menjaga kebersihan lingkungan rumah agar tidak terjadi penumpukan sampah ?
|
|
|
Bagaimana
tindakan anda untuk mengurangi banyaknya nyamuk yang masuk dirumah anda ?
Jawab:.............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Faktor sikap :
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Apakah anda bersedia
untuk selalu menguras bak mandi ketika kotor ?
|
|
|
2.
|
Apakah anda bersedia
untuk menutup penampungan air ?
|
|
|
3.
|
Maukah anda menaruh
tumpukan baju yang akan dicuci dikamar mandi ?
|
|
|
4.
|
Maukah keluarga
sesering mungkin membakar sampah yang telah dikumpulkan sehingga tidak
tertimbun teralu banyak ?
|
|
|
5.
|
Apakah keluarga
menggunakan obat nyamuk bakar maupun semprot untuk mengurangi banyaknya
nyamuk dirumah ?
|
|
|
6.
|
Apakah anda mematikan
lampu saat tidur dimalam hari ?
|
|
|
7.
|
Apakah keluarga membawa
berobat ke dokter maupun bidan jika ada anggota keluarga yang sakit ?
|
|
|
8.
|
Apakah anda masih
periksa rutin ke dokter maupun bidan setelah penyakit Chikungunya ini sembuh
?
|
|
|
Bagaimana anda menaggapi penyakit Chikungunya
sehinnga tidak akan menyerang anggota keluarga anda lagi ?
Jawab:.....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
No comments:
Post a Comment