truth


counters

nama

Tuesday 4 November 2014

survey kesmas tentang penyakit "Chikungunya" by Ratna Pertiwi dkk



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up), mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai  dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena penyakit ini (Suharto, 2007).
Demam Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini pertama dideskripsikan pada tahun 1955 oleh Marion Robinsoni dan W.H.R Lumsden diikuti oleh kejadian KLB tahun 1952 di Makonde, Plateau, daerah sepanjang Tanganyika and Mozambique.seperti halnya penyakit malaria dan DBD, penyakit infeksi ini kebanyakan menjadi endemic di Negara India, khususnya India bagian tengah dan selatan (Kamath at all, 2006).
Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh,disusul Bogor dan berdasarkan data yang diperoleh, selama 3 tahun terakhir penyakit ini juga menyebar hampir di seluruh kecamatan. Attack rate setiap tahun berturut-turut yaitu 1.35‰ (1328 orang) tahun 2008, 0.26‰ (260 orang) tahun 2009 dan bulan Januari sampai Oktober tahun 2010 0.33‰ (331 orang). Kasus chikungunya terakhir terjadi pada bulan September 2010 di Kelurahan Pasir Kuda dengan jumlah kasus sebanyak 41 orang atau 2.96% Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat),Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah).(Depkes 2007)
Vektor penular penyakit demam Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A. africanus. A. aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya karena hidup dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. A. aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis (Suharto, 2007).
Nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat – tempat gelap yang lembab, baik di dalam maupun di dekat rumah. Tempat yang sering dijadikan sarang untuk bertelur adalah drum, batok kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga, ember, vas bunga, tangki air tempat penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas dan botol-botol kosong serta salah satu yang lain adalah talang atap rumah yang tergenang sisa air hujan (Depkes RI, 2003).
Survey awal yang dilakukan di Dusun Asem Kemis RT 05 RW IX Desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten Pati pada beberapa penderita Chikungunya dari jumlah keseluruhan 32 orang, sebagian besar penderita disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang bersih. Kebiasaan masyarakat menganggap gigitan nyamuk itu bukanlah hal yang dapat membahayakan kesehatannya. Masyarakat yang malas menggunakan obat nyamuk baik bakar maupun oles juga dapat menyebabkan penyakit ini. Disamping itu kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai di kamar juga sangat menjadi faktor penyebab utama datangnya nyamuk yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit chikungunya semakin marak.
Bila dilihat dari segi pelayanan kesehatan dusun Asem Kemis RT 05 RW IX dekat dengan BPS, puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah Kayen. Pelayanan kesehatan disana juga sangat tanggap atas masalah masyarakatnya, dikatakan oleh masyarakat kalau saat penyakit Chikungunya itu baru menjangkit beberapa masyarakat pihak puskesmas langsung melakukan tindakan fogging diwilayah tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan tentang “ faktor perilaku, sikap danlingkunganyang dapat mempengarui terjadinya penyakit chikungunya di dusun asem kemisRt 05 Rw IX desa kayen kecamatan kayen kabupaten pati.

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruh terjadinya penyakit chikungunya di dusun asem kemisRt 05 Rw IX desa kayen kecamatan kayen kabupaten pati.
2.      Tujuan Khusus
a.       MengetahuiDistribusikejadian Chikungunya pada daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
b.      Mengetahui perilaku masyarakat tentang kejadian Chikungunya pada daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
c.       Mengetahui sikap masyarakat tentang kejadian Chikungunya pada daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati
d.      Mengetahui lingkungan masyarakat yang mempengaruhi kejadian Chikungunya pada daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati

D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peningkatan pemberian asuhan keperawatan pada pasien chikungunya.
2.      Bagi IPTEK
Diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu keperawatan.


3.      Bagi Penulis
Menerapkan ilmu yang telah didapat dan turut serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
4.      Bagi Pasien Chikungunya
Mencegah kembalinya penyakit chikungunya pada masyarakat dan mengoptimalkan kualitas kehidupan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    DEFINISI CHIKUNGUNYA
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up), mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai  dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena penyakit ini (Suharto, 2007).
Demam Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini pertama dideskripsikan pada tahun 1955 oleh Marion Robinsoni dan W.H.R Lumsden diikuti oleh kejadian KLB tahun 1952 di Makonde, Plateau, daerah sepanjang Tanganyika and Mozambique.seperti halnya penyakit malaria dan DBD, penyakit infeksi ini kebanyakan menjadi endemic di Negara India, khususnya India bagian tengah dan selatan (Kamath at all, 2006).
Chikungunya misalnya, penyakit ini dikenal dengan penyakit flu tulang, yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedesalbopictus, yang vektor penular penyakitnya sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara penanggulangan telah dikenal oleh masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007).
Penyakit chikungunya masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di kota-kota besar. Penyakit ini juga merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat karena sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

B.     GEJALA
Menurut Wikipedia, gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti. Virus Aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam tubuh manusia.
Virus ini menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderitaakan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecildimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Matabiasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam.Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan (Suharto, 2007).
Gejala demam Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik – bintik merah di kulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai sendi lutut, pergelangan kaki serta persendian jari tangan dan kaki.Sakit sendi (artralgia atau artritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama pasien. Keluhan sakit sendi kadang – kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang (Suharto, 2007).
Kennedy dan Feyt melaporkan terjadinya acute dan chronic arthritis akibat infeksi Chikungunya. Acute arthritis bila dijumpai terasa sekali dan tidak tertahankan, dan selanjutnya keluhan nyeri sendi, kaku, dan pembengkakan, dapat bertahan 4 bulan. Dilaporkan angka 12 % yang mengalami infeksi virus Chikungunya terjadi keluhan sendi kronis. Untuk itu dicoba pemberian chloroquin phospat. Pernah dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya (Suharto, 2007).

C.    PENYEBAB TERJADINYA CHIKUNGUNYA
Vektor penular penyakit demam Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A. africanus. A. aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya karena hidup dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. A. aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis (Suharto, 2007).
Nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat – tempat gelap yang lembab, baik di dalam maupun di dekat rumah. Tempat yang sering dijadikan sarang untuk bertelur adalah drum, batok kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga, ember, vas bunga, tangki air tempat penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas dan botol-botol kosong serta salah satu yang lain adalah talang atap rumah yang tergenang sisa air hujan (Depkes RI, 2003).
HIVK sebagai penyebab demam Chikungunya masih belum diketahui pola masuknya ke Indonesia. Sekitar 200-300 tahun lalu CHIKV merupakan virus pada hewan primata di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa primata yang dinilai sebagai pelestari virus adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus di hutan (sylvatic cycle) di antara satwa primata dilakukan oleh nyamuk Aedes sp (Ae africanus, Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri). Pembuktian ilmiah yang meliputi isolasi dan identifikasi virus baru berhasil dilakukan ketika terjadi wabah di Tanzania 1952-1953. (Judarwanto,2009)
Setelah beberapa lama, karakteristik CHIVKvirus yang semula bersiklus dari satwa – primata – nyamuk – satwa – primata, dapat pula bersiklus manusia – nyamuk – manusia. Tidak semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah permukiman (urban cycle), siklus virus chikungunya dibantu oleh nyamuk Aedes aegypti. Beberapa negara di Afrika yang dilaporkan telah terserang virus chikungunya adalah Zimbabwe, Kongo, Burundi, Angola, Gabon, Guinea Bissau, Kenya, Uganda, Nigeria, Senegal, Central Afrika, dan Bostwana. Sesudah Afrika, virus chikungunya dilaporkan di Bangkok (1958), Kamboja, Vietnam, India dan Sri Lanka (1964), Filipina dan Indonesia (1973). Chikungunya pernah dilaporkan menyerang tiga korp sukarelawan perdamaian Amerika (US Peace Corp Volunteers) yang bertugas di Filipina, 1968. (Judarwanto, 2009).

D.    CARAPENCEGAHAN
Menurut Wikipedia, cara menghindari penyakit ini adalah dengan membasmi nyamuk pembawa virusnya. Ternyata nyamuk ini punya kebiasaan unik. Pertama, Mereka senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Kedua, Serangga bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Ketiga, nyamuk ini sangat menyukai tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.
Masih menurut Wikipedia, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut. Kabar baiknya, penyakit ini sulit menyerang penderita yang sama. Sebabnya, pada tubuh penderita akan membentuk antibodi yang akan membuat mereka kebal terhadap wabah penyakit ini di kemudian hari. Dengan demikian, kecil kemungkinan bagi mereka untuk kena lagi.

E.     CARA PENGENDALIAN
Jenis kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pengendalian penyebaran nyamuk penyebab Chikungunya meliputi :
1.      Penyemprotan massal Desa/kelurahan rawan dapat merupakan sumber penyebarluasan penyakit ke wilayah lain. Kejadian luar biasa/wabah demam Chikungunya sering kali dimulai dari peningkatan jumlah kasus demam Chikungunya di wilayah lain. Biasanya di desa/kelurahan ini, pada tahun-tahun berikutnya akan terjadi kasus demam Chikungunya. Oleh karena itu penularan penyakit di wilayah ini deperlukan segera dibatasi dengan penyemprotan insektisida dan diikuti PSN oleh masyarakat untuk membasmi jentik-jentik penular demam Chikungunya. Penyemprotan ini dilaksanakan sebelum musim penularan penyakit demam Chikungunya di desa rawan agar sebelum terjadi puncak penularan virus Chikungunya, populasi nyamuk penular dapat ditekan serendah-rendahnya sehingga KLB dapat dicegah (Depkes RI, 2004).
2.      Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Pemantauan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk A. aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk yang dilakukan di rumah dan di tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam Chikungunya.
3.      Pemberantasan Sarang Nyamuk yang dilakukan oleh masyarakat meliputi menguras bak mandi seminggu sekali, Mengubur barang bekas yang dapat menampung air, Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi), Memelihara ikan dan cara-cara lain untuk membasmi jentik.

F.     CARA PENGOBATAN
Demam Chikungunya termasuk “Self Limiting Disease” atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal. Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat. Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar. Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam (Medicastore, 2010).

G.    PENYAKIT MENURUT GORDON
1.      Unsur Penjamu (Host)
Faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit :
·           Daya tahan tubuh yang tidak stabil
Daya tahan tubuh manusia yang tidak stabil akan mempermudah bagi penyakit yang menyerang orang tersebut, akan tetapi jika daya tahan tubuh orang tersebut baik maka akan sulit bagi penyakit untuk memasuki tubuh orang tersebut.
·           Perilaku masyarakat terhadap wabah Chikungunya
Masyarakat sangat tidak tanggap atas wabah yang menyerang di daerahnya, ditunjukkan dengan saat wabah Chikungunya baru menyerang beberapa orang mereka tidak merubah perilakunya yang senang menggantungkan baju bekas pakai, lalu sampah yang dapat menjadi genangan nyamuk seperti kaleng atau ember yang rusak tidak mereka kubur. Masyarakat menganggap nyamuk itu hewan wajar yang muncul setiap musim hujan datang.

2.      Agent (Unsur Penyebab)
·           Unsur organisme hidup akan kuman yang menyebabkan penyakit chikungunya adalah nyamuk Nyamuk A. aegypti dan A. africanus. A. Aegypti
·           Penyebab fisik dalam wabah chikungunya ini berupa sampah yang tidak dibuang pada tempatnya, selain itu genangan air yang menjadi tempat berkembangnya nyamuk juga menjadi faktor utama.



3.      Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang tergolong faktor lingkungan meliputi penduduk yang padat. Lingkungan yang dekat dengan sawah juga dapat mempengaruhi jumlah nyamuk yang tersebar di daerah tersebut. Musim penghujanpun menyebabkan berkembangnya nyamuk yang sangat pesat.
Dari analisa dengan Gordon terjadi peningkatan penyebaran penyakit Chikungunya di daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati.
Disini terjadi pergeseran pada faktor lingkungan sebagai pemicu terjadinya peningkatan kasus Chikungunya hal ini didukung oleh perilaku masyarakat, sikap dan adanya perubahan cuaca yang menurunkan daya tahan tubuh.

H.    PENYAKIT MENURUT HL.BLUM

1.      Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor luar dari individu. Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kondisi masyarakat. Hal-hal yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh manusia adalah :

a.     Jumlah penduduk yang padat
b.     Lingkungan yang kurang bersih
c.     Lingkungan didekat sawah yang membuat penyebaran nyamuk marak
d.    Lingkungan fisik seperti perubahan cuaca dan musim
Dari analisa terjadinya penyebaran wabah Chikungunya di daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati, ada pergeseran pada faktor lingkungan sebagai pemicu utama penyebaran wabah chikungunya yaitu jumlah penduduk yang padat, kurangnya kebersihan lingkungan dan daerah yang dekat sawah menyebabkan penyebaran nyamuk yang banyak, selain itu musim penghujan juga dapat menyebabkan nyamuk semakin banyak dan menurunnya imunitas tubuh sehingga mudah terkena penyakit.

2.      Faktor Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat yang meremehkan gigitan nyamuk dan hanya menganggapnya itu hal yang biasa hanya menyebabkan gatal dan tidak akan menyebabkan masalah terhadap kesehatannya.

3.      Genetik
Penyebaran penyakit Chikungunya disebabkan oleh gigitan nyamuk, sehinnga genetik atau faktor keturunan tidak mempengaruhi penyebaran ataupun penyebab masalah ini.

4.      Faktor pelayanan kesehatan
Ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan orang banyak, maka peran pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai porsi besar, namun karena terbatasnya sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau diikut sertakan dalam upaya kesehatan masyarakat tersebut.
Di daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati pelayanan kesehatan yang terdapat disana sudah tanggap atas wabah Chikungunya yang terjadi, ditunjukkan dengan dilakukannya fogging saat wabah baru menyerang beberapa warganya.

I.         PERILAKU MENURUT L.GREEN
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

1.      Faktor predispossing (predispossing faktor)
a.    Pengetahuan
Tingkat pengetahuan masyarakat pada kasus penyakit Chikungunya tidak menjadi hal yang mempengaruhi, karena masyarakat daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Patisudah mengerti akan penyakit Chikungunya dan penyebabnya adalah nyamuk.
b.    Sikap
Sikap masyarakat sangat mempengaruhi akan penyebaran penyakit Chikungunya, karena masyarakat yang meremehkan gigitan nyamuk kalau hal tersebut hanya akan menyebabkan gatal dan tidak akan mempengaruhi kesehatannya. Sikap tersebut harus dirubah karena akan merugikan dirinya sendiri.
c.    Tradisi dan kepercayaan
Tidak ada tradisi dan kepercayaan masyarakat daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati yang mempengaruhi penyebab atau pengaruh dari penyakit Chikungunya.
d.   Tingkat pendidikan
Penyakit Chikungunya yang menyerang masyarakat daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, baik masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan rendah maupun tinggi juga dapat terserang penyakit ini.
e.    Tingkat sosial ekonomi
Tidak ada pengaruh tingkat sosial ekonomi masyarakat yang dapat mempengaruhi penyakit Chikungunya. Karena penyakit ini menyerang semua kalangan masyarakat baik yang ekonominya tinggi maupun rendah.

2.      Faktor pemungkin (enabling faktor)
a.       Ketersediaan pelayanan kesehatan
Bila dilihat dari ketersediaan pelayanan kesehatan di daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati sudah memadai. Sudah terdapat bidan desa yang rumahnya dekat dengan rumah warga, puskesmas jaraknya ± 1 km sedangkan RSUD kayen juga jaraknya dekat sekitar ± 2 km. Jadi pelayanan kesehatan tidak ada masalahnya dan mudah terjangkau oleh masyarakat.
b.      Peraturan pemerintah daerah
Peraturan pemerintah daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Patidengan bantuan petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan kepada warga tentang 3M (mengubur, menguras dan menutup).

3.      Faktor penguat (reinforcing faktor)
a.       Perilaku petugas kesehatan
Perilaku petugas kesehatan terhadap penyebaran penyakit Chikungunya sudah tanggap ditunjukkan dengan sudah dilakukannya penelitian oleh pihak puskesmas ke dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati saat penyakit ini baru menyerang beberapa warga. Sampai saat ini pihak puskesmas masih melakukan pemantauan karena penyakit Chikungunya ini masih menyerang beberapa warga diluar Rt 05 Rw IX.
b.      Perilaku tokoh masyarakat
Perilaku tokoh masyarakat di daerah asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati menunjukkan kalau mereka cekatan, ditunjukkan dengan dilakukannya pelaporan kepada petugas kesehatan dan meminta untuk dilakukan Fogging saat penyakit ini mulai muncul. Warga juga diajak untuk melakukan kegiatan kerja bakti. Pihak tokoh masyarakat seperti ketua RW dan Ketua RT juga menjadi warga yang menderita penyakit Chikungunya.
 
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.      Analisis Data
1.      Data Umum
Wilayah asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati merupakan daerah dekat dengan kecamatan yang ramai dan berpenduduk padat. Jarak tempuh ke pelayanan kesehatan ± 1 km.
Dari survey dan penelitian yang kami lakukan pada 20 penderita Chikungunya di daerah asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati pada tanggal 25 s/d 28 Agustus 2014 dan tanggal survey susulan pada tanggal 23 s/d 25 September 2014 lalu dilanjutkan penyebaran kuesioner pada tanggal 16 Oktober 2014  kami mendapatkan data sebagai berikut :
1.1     Data demografi
Jumlah responden : 20 jiwa
Yang terdiri dari   :
1)   Jumlah responden laki-laki     : 8 Warga
2)   Jumlah responden perempuan : 12 Warga


a.       Distribusi responden menurut tingkat umur.
Grafik 1
Distribusi responden di Daerah Asem Kemis
menurut tingkatan umur
Tabel 1
Distribusi responden menurut tingkatan umur
didaerah asem kemis
No
Tingkatan Umur
Jumlah
%
Laki-laki
Perempuan
1
0-10 tahun
2
2
20 %
2
11-20 tahun
2
1
15 %
3
21-30 tahun
1
1
10 %
4
31-40 tahun
1
2
15 %
5
41-50 tahun
1
3
20 %
6
51-60 tahun
2
1
15 %
7
61-70 tahun
0
1
5 %

Jumlah
9
11
100

Rata-rata responden berdasarkan tingkatan umur paling tinggi 20% dengan jumlah laki-laki 2 dan perempuan 2 pada umur 0 - 10 Tahun lalu pada umur  41 - 50 Tahun dengan jumlah  laki-laki 1 orang dan perempuan 3 orang dari jumlah responden 20 orang.
 

b.       Distribusi responden menurut tingkat pendidikan
Grafik 2
Distribusi responden di Daerah Asem Kemis
 menurut tingkatan pendidikan

Tabel 2
Distribusi responden menurut tingkatan pendidikan  didaerah asem kemis
No
Tingkatan Pendidikan
Jumlah
%
Laki-laki
Perempuan
1
Balita
1
1
10%
2
Tidak Sekolah
0
1
5%
3
Tamat SD
1
6
35%
4
Tamat SMP
5
3
40%
5
Tamat SMA
0
2
10%
6
Tamat PT
0
0
0

Jumlah
7
13
100%

Rata-rata responden berdasarkan pendidikan paling tinggi 40% dengan jumlah laki-laki 5 orang dan perempuan 3 orang dari 20 responden dengan tamatan SMP


c.       Distribusi responden menurut tingkata pekerjaan di Daerah asem kemis
Grafik 3
Distribusi responden menurut tingkata pekerjaan
di Daerah asem kemis
 
Tabel 3
Distribusi responden menurut tingkatan pekerjaan
didaerah asem kemis
NO
Tingkat Pekerjaan
JUMLAH
%
Laki-Laki
Perempuan
1.
Dibawah Umur
1
1
10%
2.
Petani
1
0
5%
3.
Pedagang
2
8
50%
4.
Pelajar
2
2
20%
5.
RM Tangga
0
2
10%
6.
Parkir
1
0
5%

Jumlah
7
13
100%

Rata-rata responden berdasarkan pekerjaan paling tinggi 50% sebagai pedagang dengan jumlah laki-laki 2 orang dan perempuan 8 orang dari 20 responden.
 
 
1.1     Sarana prasarana
Sarana prasarana yang terdapat di wilayah asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kecamatan kayen terdapat :
-       1 Puskesmas Kayen
-       1 Bidan Praktek
-       2 mantri Suntik
1.2     Lingkungan
Di daerah dusun asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati, Lingkungan sebagai pemicu utama penyebaran wabah chikungunya yaitu jumlah penduduk yang padat, kurangnya kebersihan lingkungan dan daerah yang dekat sawah menyebabkan penyebaran nyamuk yang banyak, selain itu musim penghujan juga dapat menyebabkan nyamuk semakin banyak dan menurunnya imunitas tubuh sehingga mudah terkena penyakit.
2.      Data Khusus
a.       Dari 74 penderita chikungunya kmi mengambil semple 20 penderita dan kami mendapatkan data berdasarkan umur  penderita chikungunya sebagai berikut.
No
Tingkatan Umur
Jumlah
%
Laki-laki
Perempuan
1
0-10 tahun
2
2
20 %
2
11-20 tahun
2
1
15 %
3
21-30 tahun
1
1
10 %
4
31-40 tahun
1
2
15 %
5
41-50 tahun
1
3
20 %
6
51-60 tahun
2
1
15 %
7
61-70 tahun
0
1
5 %

Jumlah
9
11
100
Grafik 4
Data penyakit Chikungunya di Desa Asem Kemis

Rata-rata berdasarkan tingkatan umur responden paling tinggi pada umur 0 – 10 tahun dengan jumlah 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan dan pada umur 41-50 tahun dengan jumlah 1 laki-laki dan 3 perempuan.
a.       Dari 74 penderita chikungunya kami mengambil semple 20 penderita dan kami mendapatkan data penderita chikungunya.
1.       Lingkungan Responden 
Diagram Lingkungan Responden
 

Tabel 5
Hasil Penelitian dari 20 responden di dapat :
No
Nilai
Keterangan
Jumlah Responden
%
1.
> 6
Baik
0
0%
2.
3 – 6
Sedang
14
70 %
3.
< 3
Buruk
6
30 %
Dari hasil penelitian dari factor lingkungan  yang dilakukankepadamasyarakat 70% menunjukkan kategori sedang dan didukung dengan hasil wawancara kepada responden bahwa mereka menjaga lingkungan rumahnya dengan cara membersihkan rumah setiap hari, membakar sampah yang terdapat di dekatrumah.
2.      Perilaku Responden
Diagram Perilaku Responden
   
Tabel 6
Hasil penelitian dari 20 responden di dapat :
No
Nilai
Keterangan
Jumlah Responden
%
1.
> 6
Baik
0
0
2.
3 – 6
Sedang
5
25 %
3.
< 3
Buruk
15
75 %
Dari hasil penelitian dari factor perilaku  yang dilakukan kepada masyarakat 75% menunjukkan kategori buruk dan didukung dengan hasil wawancara kepada responden cara mereka mengurangi nyamuk yang terdapat dirumahnya dengan menggunakan obat nyamuk saat tidur, memakai lotion, dan kebanyakan masyarakat menggunakan kipas angin untuk mengusir nyamuk.

3.      Sikap Responden
Diagram Sikap Responden 

Tabel 3
Hasil Penelitian dari 20 responden di dapat :

No
Nilai
Keterangan
Jumlah Responden
%
1.
> 6
Baik
8
40%
2.
3 – 6
Sedang
11
55%
3.
< 3
Buruk
1
5%

Dari hasil penelitian dari factor sikap   yang dilakukan kepada masyarakat 55% menunjukkan kategori sedang dan didukung dengan hasil wawancara kepada responden dengan cara memeriksakan kembali ketika penyakit kambuh dan mereka kebanyakan mengutamakan istirahat yang cukup karena menurut warga bila mereka kecapekan maka penyakit Chikungunya akan terasa lagi.
3.      Distribusi
a.       Person
Penyakit Chikungunya yang ada di daerah asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati dipengaruhi oleh :
1.      Faktor biologi yaitu menurunnya daya tahan tubuh saat musim penghujan sehingga menyebabkan manusia mudah terkena penyakit.
2.      Faktor pekerjaan yaitu dominana pada masyarakat dusun asem kemis bekerja sebagai pedagang sebanyak 50% dari jumlah responden 20 orang hal itu karena mereka melakukan interaksi dengan masyarakat yang luas bukan Cuma dengan warga sekitar tapi lebih luas lagi.
b.      Time
Pada bulan Mei 2014 di temukan kasus Chikungunya pada warga asem kemis Rt 05 Rw IX desa kayen Kec.kayen Kab.Pati dengan jumlah 74 warga, baik dari kalangan anak balita sampai lanjut usia. Disebabkan karena bulan Mei adalah musim penghujan.Sehingga terdapat banyak  nyamuk yang bisa menyebabkan penyebaran penyakit Chikungunya.
c.       Place
Kebanyakan tempat tinggal penduduk di desa kayen RT.05 RW.IX untuk fentilasi udara kebanyakan tidak dibuka, sehingga udara menjadi lembab dan banyak nyamuk.Disamping itu juga padatnya penduduk menyebabkan banyaknya selokan-selokan yang tersembut saat hujan dan menyebabkan penyebaran penyakit Chikungunya menjadi lebih cepat.

 
B.    PEMBAHASAN
Analisa pendekatan epidemiologi penyakit Chikungunya pada warga didaerah Asem Kemis Desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
1.      Penyebaran
a.       Time atau waktu
Dalam kejadian Chikungunya di dusun Asem Kemis Desa Kayen yang terjadi dibulan mei 2014 karena pada saat itu sedang terjadi musim hujan, jadi banyak nyamuk yang terdapat di desa tersebut.
b.      Place atau tempat
Kejadian Chikungunya di dusun Asem Kemis Desa Kayen dipengaruhi oleh tempat karena lingkungan di dusun Asem Kemis Desa Kayen padat penduduk sehingga penularan Chikungunya oleh nyamuk lebih cepat.
c.       Man atau orang
Kejadian Chikungunya di dusun Asem Kemis Desa Kayen dipengaruhi oleh pekerjaan dan kekebalan tubuh.

2.      Factor Lingkungan
Dari hasil penelitian berdasarkan factor lingkungan  yang dilakukan kepada masyarakat 70% menunjukkan kategori sedang dan didukung dengan hasil wawancara kepada responden bahwa mereka menjaga lingkungan rumahnya dengan cara membersihkan rumah setiaphari, membakar sampah yang terdapat di dekat rumah.
Penyakit chikungunya ini berkait dengan kesehatan lingkungan. Kesadaran menciptakan lingkungan yang bersih menjadi keharusan tiap orang. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.
Jadi kebiasaan masyarakat yang tidak membuka jendela harus dirubah supaya banyaknya nyamuk yang biasa terdapat di musim hujan tidak masuk rumah dan adanya fentilasi cukup, selain itu juga membersihkan rumah setiap hari juga harus selalu dilakukan.
3.      Factor Perilaku
Dari hasil penelitian dari factor perilaku  yang dilakukan kepada masyarakat 75% menunjukkan kategori buruk dan didukung dengan hasil wawancara kepada responden cara mereka mengurangi nyamuk yang terdapat dirumahnya dengan menggunakan obat nyamk saat tidur, memakai lotion, dan kebanyakan masyarakat menggunakan kipas angin untuk mengusir nyamuk.
Berdasarkan Margono S (1998) mengemukakan bahwa perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi : pertama, domain perilaku pengetahuan (knowing behavior), kedua, domain perilaku sikap (feeling behavior) dan ketiga, domain perilaku keterampilan (doing behavior). Pada penyakit Chikungunya perilaku sikap masyarakat lebih dominan ditunjukka bahwa masyarakat menggantungkan baju bekas pakai dikamar mereka karena menurut mereka hai ini wajar dan tidak berpengaruh datangnya nyamuk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
4.      Factor Sikap
Dari hasil penelitian dari factor sikap   yang dilakukan kepada masyarakat 55% menunjukkan kategori sedang dan didukung dengan hasil wawancara kepada responden dengan cara memeriksakan kembali ketika penyakit kambuh dan mereka kebanyakan mengutamakan istirahat yang cukup karena menurut warga bila mereka kecapekan maka penyakit Chikungunyakan terasa lagi.
Kebanyakan dari masyarakat membersihkan lingkungannya dengan cara membakar sampah yang terdapat dirumahnya hal ini karena mereka mengantisipasi akan banyaknya nyamuk yang terdapat disekitar rumahnya hal ini senada dengan pengertian Sikap yaitu suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003). Sehingga setelah masyarakat terkena penyakit Chikungunya mereka mulai perhatian dengan sampah yang terdapat di daerahnya yang dulunya mereka remehkan, selain itu masyarakat juga mengerti akan pentingnya istirahat setelah mengenal penyakit Chikungunya.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up), mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai  dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena penyakit ini (Suharto, 2007).
Chikungunya misalnya, penyakit ini dikenal dengan penyakit flu tulang, yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedesalbopictus, yang vektor penular penyakitnya sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara penanggulangan telah dikenal oleh masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007).
Penyakit chikungunya masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di kota-kota besar. Penyakit ini juga merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat karena sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Setelahdilakukan survey Chikungunya di desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten Pati, didapatkan hasil factor-faktor yang mempengaruhi penyakit Chikungunya yaitu :
1.      Factor lingkungan yang belum sehat, di dapatkan hasil responden 20 penderita yaitu lingkungan sedang 70% dan lingkungan buruk 30%.
2.      Factor perilaku angggota masyarakat yang belum berperilaku sehat, dari hasil responden 20 penderita Chikungunya yaitu perilaku sedang 25% dan perilaku buruk 75% .
3.      Factor sikap anggota masyarakat yang mau berperilaku hidup sehat dari hasil responden 20 penderita yaitu sikap sedang 55% dan buruk 5%.
4.      Factor distribusi dari :
a.       Person : Pengetahuan sedang tentang penyakit chikungunya, perilaku perilaku masyarakat yang disebabkan kurang perdulinya dengan kesehatan, sehingga menyebabkan perilaku dan sikap masyarakat yang tidak menutup tempat penampungan air, menggantung baju bekas dan membuka jendela pada waktu pagi sampai sore hari yang dapat menyebabkan banyakknya nyamuk dan sebagainya.
b.      Tempat : lingkungan rumah yang cukup bersih, tapi fentilasi dan pencahayaan yang kurang sehingga sirkulasi udara kurang lancar

B.     Saran
Penyakit chikungunya Bukan penyakit yang mematikan tetapi bila dibiarkan bisa berakibat fatal bahkan bisa sampai kelumpuhan. Untuk mencegah penyakit itu berkembang, sehingga berakibat fatal sebaiknya merubah perilaku  yang  tidak sehat, seperti :
1.      Menerapkan 3M (menguras, mengubur dan menutup)
2.      Selalu membersihkan lingkungan sekitar
3.      Selalu membuka fentilasi rumah agar sirkulasi udara lancer
4.      Saat sakit segera dibawa kerumah sakit, dokter dan petugas kesehatan setempat
 

KUESIONER PENELITIAN CHIKUNGUNYA
ANALISI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DUSUN ASEM KEMIS RT 05 RW IX DESA KAYEN KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI

Faktor Lingkungan :
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Apakah ada banyak sampah dilingkungan sekitar anda?


2.
Apakah anda tinggal disekitar persawahan ?


3.
Apakah anda bertempat tinggal di daerah yang banyak penduduknya ?


4.
Apakah rumah anda dekat dengan tempat pembuangan sampah ?


5.
Apakah di lingkungan anda banyak genang air ?


6.
Apakah tempat hewan ternak anda berada disekitar rumah ?


7.
Apakah saat musim penghujan saluran air dirumah anda berjalan lancar ?


8.
Apakah ventilasi rumah anda dibuka setiap pagi dan ditutup setiap sore?



Bagaimana cara anda merawat lingkungan daerah rumah anda supaya penyakit chikungunya tidak menyerang anggota keluarga anda lagi ?
Jawab:.........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................




Faktor perilaku :
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Apakah anda menutup penampungan air ?


2.
Apakah keluarga membawa anggota keluarga ke dokter maupun bidan bila sedang sakit misalnya “panas”


3.
Apakah anda mengubur kaleng-kaleng bekas yang menjadi tempat genangan air?


4.
Apakah anda sering menguras bak mandi ?


5.
Apakah keluarga sering tidur menggunakan kelambu dan lotion anti nyamuk ?


6.
Apakah anda sering menggantung baju bekas pakai di kamar tidur ?


7.
Apakah keluarga membersihkan rumah setiap hari ?


8.
apakah keluarga menjaga kebersihan lingkungan rumah agar tidak terjadi penumpukan sampah ?



Bagaimana tindakan anda untuk mengurangi banyaknya nyamuk yang masuk dirumah anda ?
Jawab:.............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................








Faktor sikap :
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Apakah anda bersedia untuk selalu menguras bak mandi ketika kotor ?


2.
Apakah anda bersedia untuk menutup penampungan air ?


3.
Maukah anda menaruh tumpukan baju yang akan dicuci dikamar mandi ?


4.
Maukah keluarga sesering mungkin membakar sampah yang telah dikumpulkan sehingga tidak tertimbun teralu banyak ?


5.
Apakah keluarga menggunakan obat nyamuk bakar maupun semprot untuk mengurangi banyaknya nyamuk dirumah ?


6.
Apakah anda mematikan lampu saat tidur dimalam hari ?


7.
Apakah keluarga membawa berobat ke dokter maupun bidan jika ada anggota keluarga yang sakit ?


8.
Apakah anda masih periksa rutin ke dokter maupun bidan setelah penyakit Chikungunya ini sembuh ?



Bagaimana anda menaggapi penyakit Chikungunya sehinnga tidak akan menyerang anggota keluarga anda lagi ?
Jawab:.....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................




No comments:

Post a Comment