BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan
mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam
sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi
perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit
menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel
serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan
terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau
racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan
antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak
terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada
reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk
mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu
yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada
beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi
atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh
tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan
menimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya
adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah
penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.
Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami
luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir
dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah
placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas, kita dapat
merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah
yang dimaksud dengan pengertian Imunisasi ?
2. Apakah
yang dimaksud dengan tujuan imunisasi ?
3. Apakah
yang dimaksud dengan macam-macam Imunisasi ?
- Apakah penyakit – penyakit yang ditimbulkan pada anak yang tidak di Imunisasi ?
5. Apakah
yang dimaksud dengan jadwal Pemberian Imunisasi ?
6. Praktik Pemberian Imunisasi secara
terlampir dalam cheklist
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertianimunisasi
2. Untuk mengetahui tujuan dari imunisasi
3. Untuk mengetahui macam-macam imunisasi
4. Untuk mengetahui penyakit – penyakit yang ditimbulkan pada anak yang
tidak di Imunisasi
5. Untuk mengetahui jadwal pemberian imunisasi
6. Untuk mengetahui praktik pemberian imunisasi secara terlampir dalam
cheklist
D.
Manfaat
1.
Dapat dijadikan sebagai referensi
bacaan seputar imunisasi
2.
Dapat memberikan informasi pada
masyarakat seputar imunisasi
3.
Dapat menambah pengetahuan tentang seputar imunisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun
yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan
terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan
satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
B. Tujuan
Imunisasi
Untuk melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang
sangat berbahaya bagi bayi dan anak dan apabila sudah terjadi penyakit, maka
penyakitnya itu tidak menjadi tambah parah. Untuk menimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit.
C.
Macam-Macam
Imunisasi
Imunisasi
Pada Anak
Ketika tinggal dalam rahim ibu, bayi berada dalam lingkungan yang sangat
terlindungi. Ketika ia keluar, beragam virus dan bakteri menunggu. Itulah
alasan mengapa bayi sering jatuh sakit. Seiring bertambah dewasa, sistem
kekebalan tubuh mereka akan tumbuh lebih kuat jika diberikan input yang baik.
Berikut ini beberapa jenis imunisasi yang diberikan kepada anak untuk
memperkuat kekebalan tubuhnya.
Imunisasi
Dasar pada Bayi
Berikut
adalah imunisasi dasar yang wajib diberikan sejak bayi:
1.
Imunisasi HB 0 di berikan setelah 1-2 jam kelahiran.
2.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali untuk
mencegah penyakit Tuberkulosis. Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat
pelayanan kesehatan atau mulai 1 (satu) bulan di Posyandu. Efek samping : BCG:
Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan.
Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian
menjadi luka dengan garis tengah 10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan
meninggalkan luka parut kecil.
3.
Imunisasi Hepatitis B sekali untuk
mencegah penyakit Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan.
4.
Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah penyakit
Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus dan Hepatitis B. Imunisasi ini
pertama kali diberikan saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi berikutnya
berjarak waktu 4 minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan
Hepatitis B dilakukan nbersamaan dengan vaksin DPT-HB. Efek samping :
Kebanyakan bayi menderita panas pada sore hari setelah imunisasi DPT, tetapi
panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri,
sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan
tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, dan akan sembuh sendiri. Bila gejala
tersebut tidak timbul, tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak
memberikan perlindungan, dan imunisasi tidak perlu diulang.
5.
Imunisasi polio untuk memberikan
kekebalan terhadap penyakit polio. Imunisasi Polio diberikan 4
(empat) kali dengan jelang waktu (jarak) 4 minggu. Efek samping : Jarang timbuk
efek samping.
6.
Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak.
Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan. Efek
samping : Anak mungkin panas, kadang disertai kemerahan 4–10 hari sesudah
penyuntikan.
7.
OPV
8.
IPV
D. Penyakit –
Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (Badan
Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yang harus
diberikan kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib
diberikan sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit –
penyakit seperti :
1. Tuberkulosis
(TBC)
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya
di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan
salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. faktor resiko infeksi dan faktor resiko
progresi infeksi menjadi penyakit ( resiko penyakit ).
Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah :
anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis,
penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.
2. Hepatitis B
yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati
Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari
90 persen) dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. Oleh karena itu, bagi
bayi vaksin hepatitis B mutlak perlu.
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karena
penderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah
tertular virus hepatitis B, bahkan sudah menularkannya kepada orang lain.
"Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala kuning pada mata, kulit, lesu, tak
memiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti maag yang tak sembuh dalam
tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudah
menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (virus
penyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV.
Virus itu menyerang hati dan merusak organ tubuh secara tak langsung melalui
gangguan sistem kekebalan. Pada serangan tahap awal masih bisa disembuhkan jika
segera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih berat maka ia akan
mencapai tahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai kemudian
mengakibatkan munculnya kanker hati.
3. Penyakit
polio, penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang
terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus
ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan.
E. Jadwal Pemberian Imunisasi
Imunisasi atau vaksinasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa
kanak-kanak dan semua anak yang berumur 0 – 12 bulan harus mendapat imunisasi.
1.
Umur 0 – 1 Bln : BCG, Polio, Hepatitis B1
2.
Umur 2 Bln : DPT 1, Polio 2, Hepatitis B2
3.
Umur 3 Bln : DPT 2, dan Polio 3
4.
Umur 4 Bln : DPT3 dan Polio 4
5.
Umur 9 Bln : Campak, Hepatitis B3.
Tabel jadwal
imunisasi umum
JADWAL PEMBERIAN
|
JENIS VAKSIN
|
Waktu Lahir
|
BCG, HEPATITIS B (DOSIS I)
|
Umur 1 bulan
|
HEPATITIS B (DOSIS II)
|
Umur 2 bulan
|
DPT dan POLIO (DOSIS I)
|
Umur 3 bulan
|
DPT dan POLIO (DOSIS II)
|
Umur 4 bulan
|
DPT dan POLIO (DOSIS III)
|
Umur 5 bulan
|
POLIO (DOSIS IV)
|
Umur 6 bulan
|
HEPATITIS (DOSIS III)
|
Umur 9 bulan
|
CAMPAK
|
Umur 15 bulan
|
MMR
|
Umur 18 bulan
|
DPT (DOSIS IV), POLIO (DOSIS V)
|
Kelas 1 SD
|
DT (DOSIS I dan II)
|
F. Praktik pemberian imunisasi secara terlampir dalam
cheklist
Pemberian Imunisasi BCG
1.
Menyiapkan Alat : handscoon, termos
vaksin berisi vaksin kering BCG, pelarut vaksin BCG 4ml : gergaji ampul, spuit
5 cc, spuit tuberkulin (jarum ukuran 25 atau 27, panjang 10 mm) ; kapas lembab
( dibasahi air matang ), tisue, bengkok.
2.
Menjelaskan tujuan pertemuan dan
imunisasi BCG
3.
Mencuci tangan sesuai prosedur,
mengeringkan tangan dan memakai sarung tangan
4.
Membuka ampul yang beisi BCG
5.
Melarutkan BCG dengan NaCl 0,9% sebanyak
4ml
6.
Mengisi spuit dengan vaksin BCG sebanyak
0,05 ml (isi 0,06 ml, kurangi 0,01 ml ketika mengeluarkan udara dari spuit)
7.
Mengatur posisi bayi
8.
Menyiapkan bagian yang akan diinjeksi,
yaitu 1/3 bagian lengan kanan atas
9.
Membersihkan lengan dengan kapas yang
telah dibasahi dengan air matang
10.
Memegang lengan tangan kanan anak dengan
tangan kiri sehingga lengan kita berada di bawah lengan anak
11.
Melingkarkan jari-jari untuk meregangkan
kulit bayi
12.
Memegang spuit dengan tangan kanan,
lubang jarum menghadap ke atas, sudut 15º
13.
Meletakkan spuit hampir sejajar dengan
lengan bayi
14.
Memasukkan ujung jarum ke dalam kulit,
mengusahakan sedikit mungkin melukai kulit (injeksi intrakutan)
15.
Meletakkan ibu jari tangan kiri pada
ujung barel, memegang pangkal barel diantara jari telunjuk dan jari tengah,
lalu mendorong piston dengan ibu jari tangan kanan
16.
Menarik jarum setelah vaksin habis,
tidak melakukan masase, hanya mengusap bekas injeksi dengan kapas jika ada
darah yang keluar pada bekas suntikan
17.
Bila vaksin BCG tepat, maka akan timbul
benjolan dikulit yang mendatar dengan kulit kelihatan pucat dan pori-pori jelas
18.
Merapikan bayi
19.
Mencuci tangan
20.
Memberikan penjelasan pada orang tua
sehubungan hasil imunisasi, efek samping, dan perawatan setelah imunisasi
21.
Memberika penjelasan kepada orang tua
tentang jadwal imunisasi selanjutnya
22.
Merapikan alat-alat (vaksin BCG yang
telah diencerkan, harus dibuang dalam 8 jam)
23.
Melakukan dokumentasi asuhan yang telah
dilakukan
Pemberian imunisasi DPT combo (DPT-HB)
1.
Menyiapkan alat : handscoon, termos
vaksin berisi : flakon berisi vaksin DPT combo ; spuit 3 cc, jarum ukuran 23,
kapas desinfektan, bengkok
2.
Menjelaskan tujuan pertemuan dan
imunisasi DPT combo
3.
Mencuci tangan sesuai prosedur,
mengeringkan tangan dan memakai sarung tangan
4.
Mengisi spuit dengan vaksin DPT combo
0,6ml dan mengganti jarum dengan jarum yang baru. Mengeluarkan udara dari
spuit, sehingga vaksin dalam spuit hanya 0,5ml. Apabila menggunakan spuit
soloshool, isi spuit dengan vaksin sampai 0,5ml sampai terdengar bunyi “klik”.
Jarum tidak perlu diganti dan tidak perlu mengeluarkan udara dari spuit
5.
Mengatur posisi bayi : bayi dipangku
ibunya disisi sebelah kiri, tangan kanan bayi melingkar kebadan ibu.tangan kiri
ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang sisi luar tangan kiri
bayi, tangan kanan memegang kaki bayi dengan kuat
6.
Menyiapkan bagian yang akan diinjeksi,
yaitu : muskulus quadriseps (vastus lateralis) dibagian antero-lateral (paha
kiri) dengan cara menarik garis yang menghubungkan trocanter mayor dan
condyllus lateralis. Tempat penyuntikan adalah batas 1/3 bagian atas dan tengah
pada garis tersebut
7.
Membersihkan lokasi penyuntikan dengan
kapas desinfektan
8.
Menekan kulit sekitar tempat penyuntikan
dengan ibu jari dan telunjuk
9.
Menusukkan jarum pada tempat penyuntikan
dengan sudut 80-90º dan melakukan dengan cepat (injeksi intramuskuler)
10.
Menarik piston sedikit untuk memastikan
jarum tidak masuk kepembulu darah. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi
dengan suntikan baru
11.
Mendorong pangkal piston dengan ibu jari
tangan kanan
12.
Menarik jarum setelah vaksin habis
sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas (untuk suntikan multipel,
berikan pada ekstermitas berbeda)
13.
Mengamati kondisi umum bayi
14.
Merapikan bayi
15.
Mencuci tangan
16.
Memberikan penjelasan kepada orang tua
sehubungan hasil imunisasi, efek samping dan obat penurun panas untuk
mengantisipasi efek samping berupa panas
17.
Memberika penjelasan kepada orang tua
tentang jadwal imunisasi selanjutnya
18.
Merapikan alat-alat
19.
Melakukan dokumentasi aushan yang telah
dialakukan
Pemberian
imunisasi Hepatitis B
1.
Menyiapkan alat : handscoon, termos
vaksin berisi : vaksin hepatitis B uniject, kapas desinfektan, bengkok
2.
Menjelaskan tujuan pertemuan dan tujuan
imunisasi hepatitis B
3.
Mencuci tangan sesuai dengan prosedur
mengeringkan tangan dan memakai sarung tangan
4.
Membuka kemasan vaksin hepatitis B
uniject dan menyiapkan vaksin dengan cra memutar tutup spuit dan menekan
sehingga terdengar bunyi “klik” (tanpa membuka tutup spuit)
5.
Mengatur posisi bayi : bayi dipangku
ibunya disisi sebelah kiri, tangan bayi melingkar ke badan ibu. Tangan kiri ibu
merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang sisi luar tangan kiri bayi,
tangan kanan memegang kaki bayi dengan kuat
6.
Menyiapkan bagian yang akan diinjeksi,
yaitu : muskulus quadriseps (vastus lateralis) dibagian antero-lateral (paha
kiri) dengan cara menarik garis yang menghubungkan trocanter mayor dan
condyllus lateralis. Tempat penyuntikan adalah batas 1/3 bagian atas dan tengah
pada garis tersebut
7.
Membersihkan lokasi penyuntikan dengan
kapas desinfektan
8.
Mendorong ujung penutup jarum vaksin
9.
Menekan kulit sekitar tempat penyuntikan
dengan ibu jari dan jari telunjuk
10.
Menusukkan jarum sampai seluruh jarum
tidak terlihat pada tempat penyuntikan dengan sudut 80-90º dan melakukannya
dengan cepat (injeksi intramuscular)
11.
Mernarik jarum setelah vaksin habis
sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas (untuk suntukan multipel,
berikan pada ekstermitas berbeda)
12.
Mengamati kondisi umum bayi
13.
Merapikan bayi
14.
Mencuci tangan
15.
Memberika penjelasan kepada orang tua
sehubungan dengan hasil imunisasi dan efek samping
16.
Memberikan penjelasan kepada orang tua
tentang jadwal imunisasi selanjutnya
17.
Merapikan alat-alat
18.
Melakukan dokumentasi sesuai asuhan yang
dilakukan
Pemberian
imunisasi Inactive Polio Vaccine (IPV)
1.
Menyiapkan alat : handscoon, termos
vaksin : flakon berisi vaksin IPV, spuit 3cc, jarum ukuran 23, kapas
desinfektan, bengkok
2.
Menjelaskan tujuan pertemuan dan tujuan
imunisasi polio
3.
Mencuci tangan sesuai dengan prosedur
mengeringkan tangan dan memakai sarung tangan
4.
Mengisi spuit dengan vaksin IPV sebnayak
0,6ml dan mengganti jarum dengan jarum yang baru. Mengeluarkan udara dari spuit
sehingga vaksin dalam spuit hanya 0,5ml. Apabila menggunakan spuit soloshool,
isi spuit dengan vaksin sampai 0,5ml sampai terdengar bunyi “klik”. Jarum tidak
perlu diganti dan tidak perlu mengeluarkan udara dari spuit
5.
Mengatur posisi bayi : bayi dipangku
ibunya disisi sebelah kanan, tangan kiri bayi melingkar ke badan ibu. Tangan
kanan ibu merangkul bayi, menyangga
kepala, bahu dan memegang sisi luar tangan kiri bayi, tangan kiri
memegang kaki bayi dengan kuat
6.
Menyiapkan bagian yang akan diinjeksi,
yaitu : muskulus quadriseps (vastus lateralis) dibagian antero-lateral (paha
kiri) dengan cara menarik garis yang menghubungkan trocanter mayor dan
condyllus lateralis. Tempat penyuntikan adalah batas 1/3 bagian atas dan tengah
pada garis tersebut
7.
Membersihkan lokasi penyuntikan dengan
kapas desinfektan
8.
Menekan kulit sekitar tempat penyuntikan
dengan ibu jari dan telunjuk
9.
Menusukkan jarum pada tempat penyuntikan
dengan sudut 80-90º dan melakukan dengan cepat (injeksi intramusculer)
10.
Menarik piston sedikit untuk memastikan
jarum tidak masuk pembulu darah. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi
dengan suntikan baru
11.
Mendorong pangkal piston dengan ibu jari
tangan kanan
12.
Menarik jarum setelah vaksin habis
sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas (untuk suntikan multipel berikan
pada ekstermitas berbeda)
13.
Mengamati kondisi umum bayi
14.
Merapikan bayi
15.
Mencuci tangan
16.
Memberikan penjelasan kepada orang tua
sehubungan hasil imunisasi, efek samping dan obat penurun panas untuk
mengantisipasi efek samping berupa panas
17.
Memberika penjelasan kepada orang tua
tentang jadwal imunisasi selanjutnya
18.
Merapikan alat-alat (vaksin tidak boleh
dipakai lebih dari 24 jam dan vaksin yang telah digunakan, tidak boleh
digunakan lagi di fasilitas lain)
19.
Melakukan dokumentasi aushan yang telah
dialakukan
Pemberian Imunisasi Oral Polio Vaccine (OPV)
1.
Memeriksa catatan riwayat kesehatan bayi
2.
Menyiapkan alat, handscoon,termos,vaksin
berisi OPV, pipet plastik, pinset, bengkok
3.
Mengucapkan salam
4.
Memperkenalkan diri
5.
Menjelaskan tujuan pertemuan dan
imunisasi polio
6.
Menyatakan kontrak waktu
7.
Mencuci tangan sesuai prosedur,
mengeringkan tangan dan memakai sarung tangan
8.
Membuka tutup metal dan tutup karet
flakon vaksin OPV
9.
Memasang pipet plastic pada flakon
10.
Mengatur posisi bayi dengan cara bayi
terlentang di atas pangkuan ibunya dan memengangnya dengan erat-erat
11.
Membuka mulut anak menggunakan 2 jari
(dengan ibu jari dan jari telunjuk menekan pipi anak sehingga mulut terbuka)
12.
Meneteskan vaksin polio langsung dari
pipet ke dalam mulut sebanyak 2 tetes
13.
Memastikan bahwa vaksin polio sebanyak 2
tetes masuk kedalam mulut bayi
14.
Merapikan bayi
15.
Mencuci tangan
16.
Memberikan penjelasan pada orang tua
sehungan hasil imunisasi , efek samping imunisasi
17.
Memberikan penjelasan kepada orang tua
tentang jadwal imunisasi selanjutnya
18.
Merapikan alat-alat (pada akhir kegiatan
imunisasi, botol vaksin yang telah terbuka dan masih berisi vaksin serta telah
berubah warna harus dibuang )
19.
Melakukan dokumentasi asuhan yang telah
dilakukan
Pemberian Imunisasi Campak
1.
Memeriksa catatan riwayat kesehatan bayi
2.
Menyiapkan alat : handscoon , termos
vaksin berisi flakon vaksin campak dan pelarut vaksin campak , geraji ampul ,
spuit 5cc, spuit 3cc,jarum nomor 23, tissue, kapas desinfektan,bengkok
3.
Mengucapkan salam
4.
Memperkenalkan diri
5.
Menjelaskan tujuan pertemuan dan
imunisasi campak
6.
Menyatakan kontrak waktu
7.
Mencuci tangan sesuai prosedur
,mengeringkan tangan dan memakai sarung tangan
8.
Membuka ampul pelarut vaksin campak
9.
Melarutkan vaksin campak dengan
pelarutnya sebanyak 5ml
10.
Mengisi spuit dengan vaksin campak
sebanyak 0,6 ml dan mengganti jarum dengan yg baru , mengeluarkan udara dari
spuit , sehingga vaksin dalam spuit hanya 0,5 ml
11.
Mengatur posisi bayi: bayi dipangku
ibunya disebelah kiri, tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu . tangan kiri
ibu merangkul bayi, menyangga kepala , bahu memeganga sisi luar tangan kiri
bayi , tangan kanan memegang kaki bayi dengan kuat
12.
Menyiapkan bagian yang akan diinjeksi
1/3 bagian lateral lengan kiri atas
13.
Membersihkan lengan dengan kapas
desinfektan
14.
Menjepit/mencubit tebal lengan yang akan
disuntik
15.
Menusukan jarum kedalam kulit yang
dijepit dengan sudut 450c terhadap lengan (injeksi subkutan dalam)
16.
Menarik piston sedikit untuk memastikan
jarum tidak masuk pembuluh darah
17.
Mendorong pangkal piston dengan ibu jari
tangan kanan
18.
Menarik jarum setelah vaksin habis
sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas
19.
Mengamati kondisi umum banyi
20.
Merapikan bayi
21.
Mencuci tangan
22.
Memberikan penjelasan kepada orangtua
sehungan hasil imunisasi , efek samping dan obat penurun panas untuk
mengantisipasi efek samping berupa panas
23.
Memberikan penjelasan kepada orang tua
tentang jadwal imunisasi selanjutnya
24.
Merapikan alat-alat
25.
Melakukan dokumentasi asuhan yang telah
dilakukan
Pemberian Imunisasi Injeksi Vitamin K1
1.
Memeriksa catatan riwayat kesehatan bayi
2.
Menyiapkan alat:bak instrument berisi
:ampul berisi vitamin k 1, spuit 3cc,
kapas desinfekta ,bengkok
3.
Mengucap salam
4.
Memperkenalkan diri
5.
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
kepada orang tua bayi
6.
Mencuci tangan
7.
Mengisi spuit dengan vit k1 sebanyak 1
ml (isi 1,1 ml , kurangi o,1ml ketika mengeluarkan udara dari spuit)
8.
Mengatur posisi bayi : bayi terlentang,
tangan kiri memegang bayi dengan kaki bayi dengan kuat
9.
Menyiapkan
bagian yang akan diinjeksi, yaitu: muskulus quadriceps ( vestus lateralis) dibagian
antero-lateral paha, dengan cara: menarik garis yang menghubungkan trochanter
mayor dan condyllus lateralis . tempat penyuntikan adalah: batas 1/3 bagian
atas dan tengah pada garis tersebut
10.
Membersihkan lokasi penyuntikan dengan
kapas desinfektan
11.
Menekan kulit sekitar tempat penyuntikan
dengan ibu jari dan telinjuk
12.
Menusukan jarum pada tempat penyuntikan
dengan sudut 80-900 dan melakukan dengan cepat (injeksi
intramuskuler)
13.
Menarik piston sedikit untuk memastikan
jarum tidak masuk kepembuluh darah
14.
Mendorong pangkal piston dengan ibu jari
dengan tangan kanan
15.
Menarik jarum setelah vaksin habis
sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas
16.
Mengamati umum kondisi bayi
17.
Merapikan bayi
18.
Mencuci tangan
19.
Memberikan penjelasan pada orang tua
sehubungan hasil imunisasi , efek samping dan obat penurun panas untuk
mengantisipasi efek samping berupa panas
20.
Memberikan penjelsan kepada oramg tua
tentang jadwal imunisasi selanjutnya
21.
Merapikan alat-alat
22.
Melakukan dokumentasi yang telah
dilakukan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.Imunisasi
adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah
atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak dan
apabila sudah terjadi penyakit, maka penyakitnya itu tidak menjadi tambah
parah. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap
penyakit.
B. Saran
Karena imunisasi bagi anak sangat penting diharapkan bagi tenaga kesehatan
berupaya untuk meningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi dasar bagi
bayi sehingga ibu yang mempunyai bayi berusaha meningkatkan kelengkapan imunisasi
bayi melalui penyuluhan-penyuluhan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes.
1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga. Jakarta : Depkes RI
Ranuh,
I.G.N., dkk. 2008. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. Jakarta : BPIDAK
Muslihatun,
Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita. Yogyakarta : Fitra Maya
Dewi,
Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan neonatus
Bayi dan AnakBalita. Jakarta : Salemba medika
No comments:
Post a Comment