truth


counters

nama

Tuesday 11 November 2014

KOMPLIKASI MASA NIFAS (Preeklamsi/Eklamsi, Tromboemboli, Tromboflebitis)


A.    PREEKLAMSI/EKLAMSI
1.      DEFINISI
      Pre Eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirahardjo, 2008). Pre-eklamsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria (Vicky Chapman, 2006).
      Preeklamsi merupakan salah satu bentuk hipertensi yang hanya terjadi pada wanita hamil dan berlanjut ke persalinan maupun nifas. Preeklampsia merupakan suatu keadaan heterogen dimana patogenesisnya dapat berbeda – beda bergantung faktor resiko yang dimiliki. Patogenesis preeklampsia pada wanita nulipara kemungkinan berbeda dengan wanita yang memiliki penyakit vaskuler sebelumnya, pada wanita diabetes, atau riwayat preeklamspsia sebelumnya.
      Frekuensi kejadian preeklampsia meningkat pada wanita muda dan nulipara. Akan tetapi distribusi frekuensinya berdasar usia bersifat bimodal, dengan peningkatan berikutnya pada wanita multipara dengan usia di atas 35 tahun. Pada wanita yang memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, resiko preeklampsia lebih besar dibandingkan dengan populasi wanita pada umumnya.

2.      FAKTOR RESIKO
Faktor predisposisi preeklampsia adalah sebagai berikut :
1.   Usia > 35 tahun
2.   Nullipara
3.   Kehamilan kembar
4.   Mola hidatiformis
5.   Diabetes mellitus
6.   Penyakit thyroid
7.   Hipertensi kronik
8.   Gangguan ginjal
9.   Penyakit vaskuler kolagen
10. Sindroma anti phospholipid
11. Riwayat keluarga dengan preeklampsia

3.      TANDA GEJALA
a.       Preeklamsi ringan
1.      Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg
2.      Proteinuria 1 + atau lebih
3.      Sakit kepala disertai gangguan penglihatan
4.      Penambahan edema berlebihan secara tiba-tiba. Perlu diperhatikan bahwa apabila hanya 1 tanda ditemukan, perawatan belum seberapa mendesak, akan tetapi pengawasan ditingkatkan.

b.      Preeklamsi berat
1.      Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 110 mmHg
2.      Protein uria lebih dari positif 2 (++)
3.      Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam
4.      Edema paru : Nafas pendek, sianosis, ronkhi +
5.      Nyeri daerah epigastrium
6.      Gangguan penglihatan
7.      Nyeri kepala hebat


1.      PENCEGAHAN
1.      Diet makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema.
2.      Cukup istirahat
2.      PENANGANAN
Penanganan umum di rumah sakit :
1.      Jika ibu tidak sadar/kejang, siapkan tenaga dan fasilitas
2.      Lakukan penilaian TTV sambil mencari riwayat kesehatannya
3.      Jika ibu tidak bernafas/bernafas dangkal :
a.    Periksa dan bebaskan jalan nafas
b.    Jika tidak bernafas, lakukan ventilasi dengan masker dan balon
c.    Intubasi jika perlu
d.   Jika bernafas, beri oksigen 4-6 lt per menit
4.      Jika ibu tidak sadar/koma :
a.    Bebaskan jalan nafas
b.    Baringkan pada sisi kiri
c.    Ukur suhu
d.   Periksa adanya kaku tengkuk
5.      Jika syok, lakukan penanganan
6.      Jika perdarahan, lakukan penanganan
7.      Jika kejang :
a.    Baringkan pada sisi kiri, agak tinggikan kepala untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret
b.    Bebaskan jalan nafas
c.    Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
d.   Lakukan pengawasan ketat
8.      Jika diagnosis pasti adalah eklamsia, beri magnesium sulfat
9.      Jika penyebab kejang belum diketahui, tangani sebagai eklamsia sambil mencari penyebabnya

Penanganan kejang
1.      Beri obat antikonvulsan
2.      Pelengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen, oksigen)
3.      Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4.      Aspirasi mulut dan tenggorokan
5.      Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
6.      Beri O2 4-6 liter/menit

Penanganan umum
1.      Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan anti hipertensi, sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
2.      Pasang infus RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
3.      Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
4.      Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
5.      Jika jumlah urine <30 ml per jam :
a.       Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
b.      Pantau kemungkinan edema paru
6.      Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
7.      Observasi tanda-tanda vital, reflex, dan DJJ setiap jam
8.      Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
(maternal&neonatal, 2010)

Perawatan Post Partum
1.      Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam post partum atau kejang berakhir
2.      Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik >110 mmHg
3.      Pantau urin

Pengobatan: MgSO4
1.      Dosis awal
a.       MgSO4 4gr IV sebagai larutan 20% 5 menit
b.      Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5gr IM dengan 1 ml ligonain 2%
2.      Dosis Pemeliharaan
a.       MgSO4 (50%) 5gr + ligonokain 2% 1 ml IM setiap 4 jam, sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir
(Maternal & Neonatal, 2007)

A.    TROMBOEMBOLI
1.      DEFINISI
      Trombos adalah bekuan darah, embolus adalah terbawa masa (misal bekuan) didalam aliran darah, oklusi adalah tersumbatnya vena, flebo adalah pembuluh darah, -itis adalah infeksi, statis adalah tidak bergerak, tanda homan’s adalah rasa sakit karena kompresi vena tibialis menyebabkan rasa sakit. Tanda homan diperiksa dengan menempatkan satu tangan dilutut ibu dan memberikan tekanan ringan untuk menjaga kaki tetap lurus. Jika terdapat nyeri saat dorsifleksi kaki, tanda ini positif.
      Tromboemboli berasal dari kata thrombus dan emboli. Thrombus adalah kumpulan faktor darah terutama trombosit dan fibrin dengan terperangkapnya unsur seluler yang sering menyebabkan obstruksi vaskuler pada akhir pembentukannya. Tromboemboli adalah obstruksi pembuluh darah dengan bahan trombolik yang dibawa oleh darah dari tempat asal untuk menyumbat. Statis vena pada ekstremitas bawah yang disebabkan karena melehnya dinding pembuluh darah dan penekanan vena-vena utama akibat pembesaran uterus.
      Jadi, tromboemboli adalah kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku. Tromboemboli dalam masa nifas mencakup :
a.       Trombosis Vena Superfisial (TVS)
Lebih sering diderita oleh wanita dengan varises vena dan angka kejadian tidak dipengaruhi oleh intervensi obstetrik.
b.      Trombosis Vena Dalam (TVD)
Trombosis Vena Dalam sangat dipengaruhi oleh intervensi obstetrik, sebagai contoh tindakannya meningkat setelah tindakan bedah caesar. Penderita  Trombosis Vena Dalam yang tidak tertangani dengan baik akan mengalami embolisasi trombus pada pembuluh darah paru (EP) yang dapat berakibat fatal.
c.       Emboli paru (EP)

2.      FAKTOR RESIKO
Faktor resiko umum terjadinya Tromboemboli adalah :
a.       Trombofilia Herediter ( Mutasi faktor V Leiden, defisiensi AT-III, defiensi protein C, defiensi protein S, hiperhomosistein dan mutasi gen protombin ).
b.      Riwayat Tromboemboli sebelumnya
c.       Penggunaan katub jantung artifisial
d.      Fibrilasi atrial
e.       Sindroma Antifosfolipid
      Secara khusus faktor resiko dalam kehamilan dan masa kehamilan yang meningkatkan kecenderungan Tromboemboli adalah :
a.       Bedah Caesar
b.      Persalinan pervaginam dengan tindakan
c.       Usia ibu yang risiko tinggi saat hamil dan bersalin
d.      Supresi laktasi dengan menggunakan preparat estrogen
e.       Sickle Cell Disease
f.       Riwayat tromboflebitis sebelumnya
g.      Penyakit jantung
h.      Immobilisasi yang lama
i.        Obesitas
j.        Infeksi maternal dan insufisiensi vena kronik
      Faktor resiko terjadinya Tromboemboli dalam kehamilan dan masa nifas menurut Biswas & Perloff (1994), yaitu :
a.       Merokok
b.      Preeklamsia
c.       Persalinan lama (prolonge labor)
d.      Anemia
e.       Perdarahan

3.      TANDA GEJALA
a.       Trombosis Vena Superfisial (TVS) :
1.      Umumnya hanya terbatas pada vena superfisial dari sistem safena.
2.      Secara klinis daerah yang terlibat akan terlihat : kemerahan (eritema), pada palpasi terasa hangat atau panas, teraba vena superfisial seperti tali yang keras.
3.      Kelainan yang sering terjadi pada penderita dengan varises vena superfisial sebelumnya, yaitu : obesitas, immobilisasi yang lama dan katerisasi intravena.
b.      Trombosis Vena Dalam (TVD) :
1.      Sangat tergantung dari tempat dan besar trombus, status sirkulasi vena kolateral, derajat respons, dan inflamasi.
2.      Hampir 80% mengenai tungkai kiri karena kompresi vena iliaka sinistra saat bersilangan dengan arteri illiaka dekstra dan kecepatan aliran darah terutama pada tungkai kiri yang jauh berkurang jika wanita hamil berbaring terlentang.
c.       EMBOLI PARU (EP) :
1.      Sering didahului oleh adanya Tromboemboli pada ekstrimitas inferior dan pada beberapa lainnya Tromboemboli pada vena dalam pelvis yang asimtomatik) diketahui.
2.      Tanda dan Gejala Umum adalah dispnea, nyeri dada, batuk, sinkop dan hemoptisis.

4.      PENCEGAHAN
1. Lakukan aktivitas secara bertahap
2. Lakukan senam nifas setiap hari selama 6 minggu

5.      PENANGANAN
1.      Trombosis ringan khususnya dari vena -vena di bawah permukaan ditangani dengan :
a.       Istirahat dengan kaki agak tinggi
b.      Pemberian obat – obat seperti asidumasetilosalisilikum
c.       Jika ada tanda peradangan, dapat diberi anti biotika
d.      Segera setelah rasa nyeri hilang, penderita dianjurkan untuk mulai berjalan
2.      TVD membutuhkan rujukan dokter segera untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
a.       Stocking untuk menekan
b.      Terapi antikoagulan dengan heparin melalui intravena lebih dari 40.000 U setiap hari
c.       Wafarin diberikan mula-mula 10 mg sehari, kemudian 3 mg sehari.
d.      Pengobatan dilanjutkan selama 6 minggu untuk kemudian dikurangi dan dihentikan dalam 2 minggu
e.       Pemberian analgesic
f.       Istirahat total
3.      Emboli paru :
a.       Usaha menanggulangi syock
b.      Pemberian antikoagulan
c.       Pada embolus kecil yang timbul berulang dapat dipertimbangkan mengikat vena di atas tempat thrombus

B.     TROMBOFLEBITIS
1.      DEFINISI
      Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah. Tromboflebitis merupakan kelanjutan dari tromboemboli yang sudah mengalami peradangan. Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan kulit. Tromboflebitis biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi vena seperfisial di paha. Tomboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a.       Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena overika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
b.      Tomboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.
(Abdul Bari SAifudin, dkk., 2002)


2.      FAKTOR RESIKO
Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut:
a.       perluasan infeksi endometrium
b.      mempunyai varises pada vena
c.       obesitas
Faktor Predisposisi Tromboflebitis
a.       Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis.
b.      Episode tromboflebitis sebelumnya
c.       Pembedahan obstetric
d.      Kelahiran
e.       Obesitas
f.       Imobilisasi
g.      Trauma vaskula
h.      Varises
i.        Multiparietas
j.        Supresi laktasi dengan estrogen
k.      Infeksi nifas

3.      TANDA GEJALA
a.       Pelvio Tromboflebitis
1)      Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2)      Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
a)      Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
b)      Suhu badan naik turun secara tajam (360 C menjadi 400 C) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)
c)      Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan
d)     Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
3)      Abses pada pelvis
4)      Gambaran darah
a)      Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
b)      Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5)      Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika; yang sulit dicapai pada pemeriksaan dalam.

b.      Tromboflebitis femoralis
1)      Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
2)      Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a)      Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
b)      Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas
c)      Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d)     Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e)      Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
f)       Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif)

4.      PENCEGAHAN
a.       Lakukan aktivitas secara bertahap
b.      Lakukan senam nifas setiap hari selama 6 minggu

5.      PENANGANAN
a.       Pelvio Tromboflebitis
1)      Lakukan pencegahan terhadap tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik
2)      Anjurkan penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum (Abdul Bari Saifudin dkk, 2002).
3)      Terapi medic : pemberian antibiotika, heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
4)      Terapi operatif : pengikatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboliseptik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru meskipun sedang dilakukan heparinisasi
b.      Tromboflebitis Femoralis
1)      Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
2)      Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
3)      Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
4)      Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
5)      Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
6)      Berikan alat pemanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
7)      Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
8)      Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
9)      Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
10)  Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.
11)  Beritahu klien bahwa perlu dilakukan rujukan untuk menentukan diagnosis pasti dan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut (Adele Pillitteri, 2007).
12)  Perawatan : kaki ditinggikan untuk mengurangi odema , melakukan kompresi pada kaki. Setelah dimobilisasi, kaki hendaknya tetap dibalut elastic atau memakai kaos kaki panjang yang elastic selama mungkin
13)   Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
14)  Terapi medic : pemberian antibiotika dan analgetika

DAFTAR PUSTAKA
 
Kasanah, Uswatun. 2011. Standar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pati: Akbid BUP
 

No comments:

Post a Comment