truth


counters

nama

Friday 7 November 2014

Penyakit DHF



A.    Pengertian dari DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever )
DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever ) adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun di sertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang di sebabkan oleh virus dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

B.     PenyebabDHF
Virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

C.    Tanda gejala DHF
Gejala demam dengue tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam disertai ruam-ruam makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan atau demam tinggi ( > 390 C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri dibelakang mata, nyeri sendi dan otot, mual muntah dan ruam-ruam. Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang-kadang disertai bintik-bintik perdarahan di faring dan konjungtiva.
Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri ditulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-410 C dan terjadi kejang demam pada bayi.
Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan:
1.      Derajat 1
Demam di ikuti gejala tidak spesifik. Satu-satunya manifesti perdarahan adalah tes torniquet yang positif atau mudah memar.
2.      Derajat II
Gejala yang ada pada tingkat 1 di tambah dengan perdarahan sponta. Perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
3.      Derajat III
Kegagalan sirkulasi di tandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab, dan penderita gelisah.
4.      Derajat IV
Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di periksa. Fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.
Setelah demam selama 2-7 hari, penurunan suhu biasanya di sertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah. Penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi.
Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala ini hampir tidak terlihat, menandakan kebocoran plasma yang ringan.
Bila kehilangan plasma hebat, akan terjadi syok, syok berat, dan kematian bila tidak segera di tangani. Kondisi yang buruk bisa segera di tangani dengandiagnosa dini dan pemberian cairan pengganti. Trombositopeni dan hemokonsentrasi sudah dapat di deteksi sebelum demam turun dan terjadi syok. Pada penderita dengan DSS (denguen syok syndrom) kondisinya dengan segera memburuk. Di tandai dengan nadi cepat dan lemah, tekanan darah menyempit sampai kurang dari 20 mmHg atau terjadi hipotensi. Kulit dingin, lembab dan penderita mula-mula terlihat mengantuk kemudian gelisah. Bila tidak segera di tangani penderita akan meninggal dalam 12-24 jam. Dengan pemberian cairan pengganti, kondisi penderita akan segera membaik. Pada syok yang berat sekalipun, penderita akan membaik dalam 2-3 hari. Tanda-tanda adanya perbaikan adalah jumlah urine yang cukup dan kembalinya nafsu makan. Syok yang tidak dapat di atasi biasanya berhubungan dengan keadaan yang lain seperti asidosis metabolik, perdarahan hebat di saluran cerna atau organ lain. Perdarahan yang terjadi di otak akan menyebabkan penderita kejang dan jatuh dalam keadaan koma.

D.    Patofisiologis
Fenomena patofisiologisyang utama pada penderita DHF adalah meningkatkan permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit, hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati, dan pembesaran limfa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler terjadi karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin, dan serotonim serta aktivasi sistem kalivren yang berakibat ekstravisasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinema, serta renjatan / syok. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan adanya kebocoran / perembesan plasma sehingga nilai hematrokit menjadi penting untuk patokan pemberian caoran intra vena. Jika pemberian cairan tidak adekuat, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika hipovelemik atau renjatan berlangsung lama akan timbul anoksia jarinagan, metabolik, asidosis, dan kematian apabila tidak segera di atasi dengan baik.

E.     Pencegahanpenyakit DHF
Vaksin pencegahan DBD hingga saat ini belum tersedia, oleh sebab itu pencegahan di titik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan penyemprotan insektisida dan upaya membasmi jentik nyamuk yang di lakukan dengan 3 M.
1.      Gerakan 3M
a.       Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya sekali seminggu atau penaburan bubuk abate ke dalamnya.
b.      Menutup rapat tempat penanpungan air.
c.       Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air.
2.      Pemberantasan vektor
a.       Fogging (penyemprotan)
Kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria.
b.      Abatisasi
Semua tempat penampungan air dirumah dan bangunan yang ditemukan jentik aedes aegepty ditaburi bubuk abate dengan dosis 1 sendok makan(10 gram) abate untuk 100 demam berdarah (DHF) di sebabkan oleh dengue virus melalui perantara nyamuk aedes aegepty. Untuk mengatasi virus demam berdarah maka perantaranya pun harus dibasmi yaitu nyamuk itu sendiri. Pengendalian nyamuk dalam skala besar dan hal yang mudah. Tetapi dengan di terapkannya pengendalian nyamuk aedes aegipthy bisa meminimalisir penyakit DBD dan gejalanya. Akan tetapi, ada hal-hal yang harus di lakukan untuk membantu mengurangi risiko di sekitar rumah. Nyamuk betina bertelur di air. Larva-larva dapat berkembang dalam wadah apapun yang dapat menampung air selama kira-kira seminggu.3M perlu di lakukan :
1)      Menguras tempat-tempat penampungan air bak mandi, wc, ember, vas bunga, dll seminggu sekali.
2)      Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong dan drum.
3)      Mengubur barang-barang bekas yang ada di sekitar atau di luar rumah yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, botol, plastik, dan tempurung kelapa.
4)      Menaburkan bubuk Abate atau Altosid 2-3 bulan sekali di tempat air yang sulit di kuras atau tempat sulit air.
5)      Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.
Cegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk, memakai obat repelant, memasang kawat kassa pada jendela dan ventilasi, dsb.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Merylin. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta; EGC

Buyton & Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta; EGC

Sylvia,A. (1995). Patofisiologi : Konsep klinis proses penyakit. Edisi 5. Jakarta; EGC

Noer, Syaifullah. (2003). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Edisi II. Jakarta; EGC

 

No comments:

Post a Comment