A.
Pengertian
dari DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever )
DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever ) adalah penyakit
demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi
lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak yang
berusia dibawah 15 tahun di sertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok
yang di sebabkan oleh virus dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti.
B.
PenyebabDHF
Virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
C.
Tanda
gejala DHF
Gejala demam dengue tergantung pada umur penderita.
Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam disertai ruam-ruam
makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan
demam ringan atau demam tinggi ( > 390 C) yang tiba-tiba dan
berlangsung selama 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri dibelakang
mata, nyeri sendi dan otot, mual muntah dan ruam-ruam. Bintik-bintik perdarahan
di kulit sering terjadi, kadang-kadang disertai bintik-bintik perdarahan di
faring dan konjungtiva.
Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak
enak di ulu hati, nyeri ditulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut.
Kadang-kadang demam mencapai 40-410 C dan terjadi kejang demam pada
bayi.
Berdasarkan
gejalanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan:
1.
Derajat 1
Demam
di ikuti gejala tidak spesifik. Satu-satunya manifesti perdarahan adalah tes
torniquet yang positif atau mudah memar.
2.
Derajat II
Gejala
yang ada pada tingkat 1 di tambah dengan perdarahan sponta. Perdarahan bisa
terjadi di kulit atau di tempat lain.
3.
Derajat III
Kegagalan
sirkulasi di tandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu
tubuh yang rendah, kulit lembab, dan penderita gelisah.
4.
Derajat IV
Syok berat
dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di periksa. Fase
kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.
Setelah demam selama 2-7 hari, penurunan suhu
biasanya di sertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah. Penderita
berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan
tekanan darah dan denyut nadi.
Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala
ini hampir tidak terlihat, menandakan kebocoran plasma yang ringan.
Bila kehilangan plasma hebat, akan terjadi syok,
syok berat, dan kematian bila tidak segera di tangani. Kondisi yang buruk bisa
segera di tangani dengandiagnosa dini dan pemberian cairan pengganti.
Trombositopeni dan hemokonsentrasi sudah dapat di deteksi sebelum demam turun
dan terjadi syok. Pada penderita dengan DSS (denguen syok syndrom) kondisinya
dengan segera memburuk. Di tandai dengan nadi cepat dan lemah, tekanan darah
menyempit sampai kurang dari 20 mmHg atau terjadi hipotensi. Kulit dingin,
lembab dan penderita mula-mula terlihat mengantuk kemudian gelisah. Bila tidak
segera di tangani penderita akan meninggal dalam 12-24 jam. Dengan pemberian
cairan pengganti, kondisi penderita akan segera membaik. Pada syok yang berat
sekalipun, penderita akan membaik dalam 2-3 hari. Tanda-tanda adanya perbaikan
adalah jumlah urine yang cukup dan kembalinya nafsu makan. Syok yang tidak
dapat di atasi biasanya berhubungan dengan keadaan yang lain seperti asidosis
metabolik, perdarahan hebat di saluran cerna atau organ lain. Perdarahan yang
terjadi di otak akan menyebabkan penderita kejang dan jatuh dalam keadaan koma.
D.
Patofisiologis
Fenomena patofisiologisyang utama pada penderita DHF
adalah meningkatkan permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstraseluler. Hal pertama yang terjadi setelah
virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit, hiperemi tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati, dan pembesaran limfa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler terjadi
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin, dan serotonim serta aktivasi
sistem kalivren yang berakibat ekstravisasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinema, serta renjatan / syok. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit
> 20%) menunjukkan adanya kebocoran / perembesan plasma sehingga nilai
hematrokit menjadi penting untuk patokan pemberian caoran intra vena. Jika
pemberian cairan tidak adekuat, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
hipovelemik atau renjatan berlangsung lama akan timbul anoksia jarinagan,
metabolik, asidosis, dan kematian apabila tidak segera di atasi dengan baik.
E.
Pencegahanpenyakit
DHF
Vaksin pencegahan DBD hingga saat ini belum
tersedia, oleh sebab itu pencegahan di titik beratkan pada pemberantasan nyamuk
dengan penyemprotan insektisida dan upaya membasmi jentik nyamuk yang di
lakukan dengan 3 M.
1.
Gerakan 3M
a. Menguras
tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya sekali seminggu
atau penaburan bubuk abate ke dalamnya.
b. Menutup
rapat tempat penanpungan air.
c. Mengubur
atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air.
2.
Pemberantasan vektor
a. Fogging
(penyemprotan)
Kegiatan ini dilakukan bila hasil
penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria.
b. Abatisasi
Semua tempat penampungan air
dirumah dan bangunan yang ditemukan jentik aedes aegepty ditaburi bubuk abate
dengan dosis 1 sendok makan(10 gram) abate untuk 100 demam berdarah (DHF) di
sebabkan oleh dengue virus melalui perantara nyamuk aedes aegepty. Untuk
mengatasi virus demam berdarah maka perantaranya pun harus dibasmi yaitu nyamuk
itu sendiri. Pengendalian nyamuk dalam skala besar dan hal yang mudah. Tetapi
dengan di terapkannya pengendalian nyamuk aedes aegipthy bisa meminimalisir
penyakit DBD dan gejalanya. Akan tetapi, ada hal-hal yang harus di lakukan
untuk membantu mengurangi risiko di sekitar rumah. Nyamuk betina bertelur di
air. Larva-larva dapat berkembang dalam wadah apapun yang dapat menampung air
selama kira-kira seminggu.3M perlu di lakukan :
1) Menguras
tempat-tempat penampungan air bak mandi, wc, ember, vas bunga, dll seminggu
sekali.
2) Menutup
rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong dan drum.
3) Mengubur
barang-barang bekas yang ada di sekitar atau di luar rumah yang dapat menampung
air hujan seperti kaleng bekas, botol, plastik, dan tempurung kelapa.
4) Menaburkan
bubuk Abate atau Altosid 2-3 bulan sekali di tempat air yang sulit di kuras
atau tempat sulit air.
5) Memelihara
ikan pemakan jentik nyamuk.
Cegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk,
memakai obat repelant, memasang kawat kassa pada jendela dan ventilasi, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
E. Merylin. (2000). Rencana asuhan
keperawatan. Jakarta; EGC
Buyton
& Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran.
Edisi 9. Jakarta; EGC
Sylvia,A.
(1995). Patofisiologi : Konsep klinis
proses penyakit. Edisi 5. Jakarta; EGC
Noer,
Syaifullah. (2003). Buku Ajar Ilmu
Penyakit dalam. Edisi II. Jakarta; EGC
No comments:
Post a Comment