A. Definisi
TB atau tuberkulosis adalah infeksi
yang disebabkan oleh basil tahan asam (BTA) yang bernama mycobacterium tuberculosis.
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tetapi yang paling banyak
adalah paru-paru.
Tuberkulosis (TB atau TBC) pada anak
memang berbeda dengan TB pada orang dewasa. TBC pada anak menginfeksi primer di
parenkim paru yang tidak menyebabkan refleks batuk, sehingga jarang ditemukan
gejala TB yang khas seperti batuk berdahak.
Pada parenkim paru ini juga kuman cenderung
lebih sedikit, maka TB tidak menular antara sesama anak. Penyakit TB sangat
mudah menular dari orangtua ke anak, tapi TB tidak menular dari anak ke anak.
TB adalah penyakit serius yang gampang
menular secara langsung melalui udara. Anak-anak dengan kekebalan tubuh buruk
paling rentan tertular TB dari orang dewasa yang positif TB. Tapi TB tidak
menular antara sesama anak. Gejala TB pada anak lebih susah didiagnosis karena
bukan merupakan gejala khas TB. Pada anak jarang ditemukan gejala TB seperti
batuk berdahak seperti yang diderita pada orang dewasa.
B. Penyebab
Penyakit TB disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis, bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal
juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Ada 2 macam mycobacteria yang menyebabkan
penyakit tuberculosis yaitu tipe human ( berada dalam bercak ludah dan droplet)
dan tipe bovin yang berada dalam susu sapi. Penularan penyakit TB adalah melalui
udara yang tercemar oleh Mycobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan
oleh si penderita TB saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi
adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TB.
C. Tanda dan Gejala
1. Gejala
pada orang dewasa
a. Gejala
umum:
1) Batuk
terus menerus lebih dari 4 minggu atau lebih dengan atau tanpa sputum
2) Badan
lemah
3) Gejala
flu
4) Demam
derajat rendah
5) Nyeri
dada
b. Gejala
yang sering jumpai:
1) Dahak
bercampur darah
2) Batuk
darah
3) Sesak
nafas dan rasa nyeri dada
4) Badan
lemah, nafsu makan menurun
2. Gejala
pada Anak
Pada
anak jarang ditemukan gejala TB seperti batuk berdahak seperti yang diderita
pada orang dewasa. Adanya TB pada anak kalau terdapat keadaan atau tanda-tanda
yang mencurigakan seperti dibawah ini :
Pada anak harus dicurigai menderita TB kalau :
- Kontak erat (serumah) dengan penderita TB dengan sputum BTA (+)
- Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.
- Terdapat gejala umum, gejala-gejala yang harus dicurigai TB pada anak :
1)
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa
sebab yang jelas, dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan
penanganan gizi yang baik (failure to thrive).
2)
Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh
dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
3)
Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
4)
Pembesaran kelenjar limfe bawah kulit yang tidak
sakit. Biasanya ganda, paling sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha
(inguinal).
5)
Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama
lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan
di dada dan nyeri dada.
6)
Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare
berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di rongga
perut, dan tandatanda cairan dalam rongga perut.
Pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis TB adalah sebagai berikut:
- Uji tuberculin (Mantoux) Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intrakutan). Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau PPD-S kekuatan 5 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter tranversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam mm, dikatakan positif bila indurasi : > 10 mm.
- Reaksi cepat BCG Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm (dalam 3-7 hari) maka dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
- Foto Rontgen Paru : seringkali tidak khas Pembacaan sulit, hati-hati kemungkinan overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
- Gambaran rontgen paru pada Tb dapat berupa : Milier, Atelektasis, Infiltrat , pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan/atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Diskongkruensi antara gambaran klinis dan gambaran radiologis, harus dicurigai Tb. Foto Rontgen paru sebaiknya dilakukan PA dan lateral serta dibaca oleh ahlinya.
- Pemeriksaan mikrobiologi : pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dan kultur dari sputum (pada anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).
- Pemeriksaan serologi (ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
- Pemeriksaan patologi anatomi.
- Respon terhadap pengobatan OAT. Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata, akan menunjang atau memperkuat diagnosis TBC.
SISTEM SKORING DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
ANAK
Parameter
|
0
|
1
|
2
|
3
|
Kontak Tb
|
Tidak jelas
|
Laporan keluarga, BTA (-) atau tidak tahu
|
Kavitas (+), BTA tidak jelas
|
BTA (+)
|
Uji Tuberkulin
|
Negatif
|
Positif ( ≥ 10 mm atau ≥ 5 mm pada keadaan imunosupresi)
|
||
Berat badan/keadaan gizi
|
BB/TB < 90% atau BB/U < 80%
|
Klinis gizi buruk atau BB/TB< 70% atau BB/U < 60%
|
||
Demam tanpa sebab
jelas |
≥ 2 minggu
|
|||
Batuk
|
≥ 3 minggu
|
|||
Pembesaran kelenjar limfe kolli, aksila, inguinal
|
≥ 1cm, jumlah >1, tidak nyeri
|
|||
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang
|
Ada pembengkakan
|
|||
Foto Rontgen toraks
|
Normal/tidak jelas
|
|
Catatan
:
- Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
- Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis
- Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
- Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
- Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada Tb anak
- Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring Tb anak
- Didiagnosis Tb jika skor ≥ 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dilaksanakan.
A.
Patofisiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri
kompleks Mycobacterium tuberculosis. Penularan TBC terjadi karena menghirup
udara yang mengandung Mikobakterium tuberkulosis (M.Tb), di alveolus M.Tb akan
difagositosis oleh makrofag alveolus dan dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup
virulen dan makrofag alveolus lemah maka M.Tb akan berkembang biak dan
menghancurkan makrofag. Monosit dan makrofag dari darah akan ditarik secara
kemotaksis ke arah M.Tb berada, kemudian
memfagositosis M.Tb tetapi tidak dapat membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk
tuberkel yang mengandung sel-sel epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa
Langhans) dan limfosit. Tuberkel akan menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan
fibrosis di dalamnya dan mungkin juga terjadi kalsifikasi. Lesi pertama di
alveolus (fokus primer) menjalar ke kelenjar limfe hilus dan terjadi infeksi
kelenjar limfe, yang bersama-sama dengan limfangitis akan membentuk kompleks
primer. Dari kelenjar limfe M.Tb dapat langsung menyebabkan penyakit di
organ-organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofag jaringan dan dapat aktif
kembali bertahun-tahun kemudian. Tuberkel dapat hilang dengan resolusi atau terjadi kalsifikasi atau
terjadi nekrosis dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat
mencair dan M.Tb dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di
jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb
milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ
lainnya .
B. Asuhan/Penatalaksanaan
1. Obat
anti TB (OAT)
Karena pemakaian obat tunggal
banyak terjadi retesistensi karena sebagian besar kuman TB memang dapat
dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak maka terapi TB dilakukan dengan memakai
paduan obat.
Jenis Obat :
• Obat primer
- isoniazid = INH - Streptomisin =
SM
- Rifampisin = RMP - Etambutol
- Pita zinamid
• Obat sekunder
- Etionamid - P.A.S (Para Amine
Saliycylic Acid)
- Prorionamid - Tiasetazon
- Sikloseren - Viomysin
- Kanamisin – Kapremisyn
Nama Obat
|
Dosis harian
(mg/kgBB/hari)
|
Dosis maksimal
(mg per hari)
|
Efek samping
|
Isoniazid
|
5 – 15
|
300
|
Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas
|
Rifampisin
|
10 – 20
|
600
|
Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia,
peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan
|
Pirazinamid
|
15 – 30
|
2000
|
Toksisitas hepar, atralgia, gastrointestinal
|
Etambutol
|
15 – 20
|
1250
|
Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau,
hipersensitivitas, gastrointestinal
|
Streptomisin
|
15 - 40
|
1000
|
Ototoksik, nefrotoksik
|
• Paduan OAT
–
Fase
intensif
•
2
bulan, biasanya 3 macam OAT (rifampisin, isoniazid, pirazinamid)
•
Kasus
berat à minimal 4
macam OAT + kortikosteroid
–
Fase
lanjutan
•
4
– 10 bulan
•
2
macam OAT : INH dan Rifampisin
• FDC (fixed dose combination)
Berat Badan (kg)
|
2 bulan fase intensif
RHZ (75/50/150 mg)
|
4 bulan fase lanjutan
RH (75/50 mg)
|
5 – 9
|
1 tablet
|
1 tablet
|
10 – 19
|
2 tablet
|
2 tablet
|
20 – 32
|
4 tablet
|
4 tablet
|
1. Pembedahan
pada TB Paru
2. DOTS
• DOTS (Directly Obseved
Treatment Shortcourse)
1.
komitmen
politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.
2.
diagnosis
TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
3.
Pengobatan
dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung Pengawas Menelan
Obat (PMO)
4.
kesinambungan
persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
5.
Pencatatan
dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program
penanggulamngan TBC
3. Pencegahan
•
Imunisasi BCG :
–
Pada anak < 2 bulan
–
Untuk mencegah TB berat
•
Kemoprofilaksis : -
–
Ada riwayat kontak
–
Uji tuberkulin
–
INH 5-10 mg/kg/hari
• Program kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Tuberkulosis –
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia 2006.
Sumber : Dr. Rika
Esnita, Sp. A
Sumber : perawatpskiatri.blogspot.com
Sumber : infopenyakit.com
No comments:
Post a Comment