truth


counters

nama

Thursday 6 November 2014

TB (TUBERCULOSIS) PADA ANAK





A.    Definisi
            TB atau tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil tahan asam (BTA) yang bernama mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tetapi yang paling banyak adalah paru-paru.
            Tuberkulosis (TB atau TBC) pada anak memang berbeda dengan TB pada orang dewasa. TBC pada anak menginfeksi primer di parenkim paru yang tidak menyebabkan refleks batuk, sehingga jarang ditemukan gejala TB yang khas seperti batuk berdahak.
            Pada parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka TB tidak menular antara sesama anak. Penyakit TB sangat mudah menular dari orangtua ke anak, tapi TB tidak menular dari anak ke anak.
            TB adalah penyakit serius yang gampang menular secara langsung melalui udara. Anak-anak dengan kekebalan tubuh buruk paling rentan tertular TB dari orang dewasa yang positif TB. Tapi TB tidak menular antara sesama anak. Gejala TB pada anak lebih susah didiagnosis karena bukan merupakan gejala khas TB. Pada anak jarang ditemukan gejala TB seperti batuk berdahak seperti yang diderita pada orang dewasa.

B.     Penyebab
            Penyakit TB disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Ada 2 macam mycobacteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu tipe human ( berada dalam bercak ludah dan droplet) dan tipe bovin yang berada dalam susu sapi. Penularan penyakit TB adalah melalui udara yang tercemar oleh Mycobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TB saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TB.

C.    Tanda dan Gejala
1.      Gejala pada orang dewasa
a.       Gejala umum:
1)      Batuk terus menerus lebih dari 4 minggu atau lebih dengan atau tanpa sputum
2)      Badan lemah
3)      Gejala flu
4)      Demam derajat rendah
5)      Nyeri dada
b.      Gejala yang sering jumpai:
1)      Dahak bercampur darah
2)      Batuk darah
3)      Sesak nafas dan rasa nyeri dada
4)      Badan lemah, nafsu makan menurun
2.      Gejala pada Anak
      Pada anak jarang ditemukan gejala TB seperti batuk berdahak seperti yang diderita pada orang dewasa. Adanya TB pada anak kalau terdapat keadaan atau tanda-tanda yang mencurigakan seperti dibawah ini :
Pada anak harus dicurigai menderita TB kalau :
  • Kontak erat (serumah) dengan penderita TB dengan sputum BTA (+)
  • Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.
  • Terdapat gejala umum, gejala-gejala yang harus dicurigai TB pada anak :
1)      Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).
2)      Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
3)      Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
4)      Pembesaran kelenjar limfe bawah kulit yang tidak sakit. Biasanya ganda, paling sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).
5)      Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
6)      Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di rongga perut, dan tandatanda cairan dalam rongga perut.
      Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis TB adalah sebagai berikut:
  • Uji tuberculin (Mantoux) Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intrakutan). Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau PPD-S kekuatan 5 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter tranversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam mm, dikatakan positif bila indurasi : > 10 mm.
  • Reaksi cepat BCG Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan dan indurasi > 5  mm (dalam 3-7 hari) maka dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
  • Foto Rontgen Paru : seringkali tidak khas Pembacaan sulit, hati-hati kemungkinan overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
  • Gambaran rontgen paru pada Tb dapat berupa : Milier, Atelektasis, Infiltrat , pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan/atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Diskongkruensi antara gambaran klinis dan gambaran radiologis, harus dicurigai Tb. Foto Rontgen paru sebaiknya dilakukan PA dan lateral serta dibaca oleh ahlinya.
  • Pemeriksaan mikrobiologi : pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis)  dan kultur dari sputum (pada anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).
  • Pemeriksaan serologi (ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan penelitian  lebih lanjut.
  • Pemeriksaan patologi anatomi.
  • Respon terhadap pengobatan OAT. Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata, akan menunjang atau memperkuat diagnosis TBC.
SISTEM SKORING DIAGNOSIS TUBERKULOSIS ANAK

Parameter
0
1
2
3
Kontak Tb
Tidak jelas
Laporan keluarga, BTA (-) atau tidak tahu
Kavitas (+), BTA tidak jelas
BTA (+)
Uji Tuberkulin
Negatif


Positif ( ≥ 10 mm atau ≥ 5 mm pada keadaan imunosupresi)
Berat badan/keadaan gizi

BB/TB < 90% atau BB/U < 80%
Klinis gizi buruk atau BB/TB< 70% atau BB/U < 60%

Demam tanpa sebab
jelas

≥ 2 minggu


Batuk

≥ 3 minggu


Pembesaran kelenjar limfe kolli, aksila, inguinal

≥ 1cm, jumlah >1, tidak nyeri


Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang

Ada pembengkakan


Foto Rontgen toraks
Normal/tidak jelas
  • Infiltrat
  • Pembesaran kelenjar
  • Konsolidasi segmental/lobar
  • atelektasis
    • kalsifikasi + infiltrat
    • pembesaran kelenjar + infiltrat


  

Catatan :
  • Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
  • Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis
  • Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
  • Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
  • Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada Tb anak
  • Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring Tb anak
  • Didiagnosis Tb jika skor ≥ 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dilaksanakan.

A.    Patofisiologi
            Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Penularan TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung Mikobakterium tuberkulosis (M.Tb), di alveolus M.Tb akan difagositosis oleh makrofag alveolus dan dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup virulen dan makrofag alveolus lemah maka M.Tb akan berkembang biak dan menghancurkan makrofag. Monosit dan makrofag dari darah akan ditarik secara kemotaksis ke arah  M.Tb berada, kemudian memfagositosis M.Tb tetapi tidak dapat membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk tuberkel yang mengandung sel-sel epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa Langhans) dan limfosit. Tuberkel akan menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan mungkin juga terjadi kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus (fokus primer) menjalar ke kelenjar limfe hilus dan terjadi infeksi kelenjar limfe, yang bersama-sama dengan limfangitis akan membentuk kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb dapat langsung menyebabkan penyakit di organ-organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofag jaringan dan dapat aktif kembali bertahun-tahun kemudian. Tuberkel dapat hilang dengan  resolusi atau terjadi kalsifikasi atau terjadi nekrosis dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat mencair dan M.Tb dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ lainnya .

B.     Asuhan/Penatalaksanaan
1.      Obat anti TB (OAT)
Karena pemakaian obat tunggal banyak terjadi retesistensi karena sebagian besar kuman TB memang dapat dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak maka terapi TB dilakukan dengan memakai paduan obat.
Jenis Obat :
• Obat primer
- isoniazid = INH - Streptomisin = SM
- Rifampisin = RMP - Etambutol
- Pita zinamid
• Obat sekunder
- Etionamid - P.A.S (Para Amine Saliycylic Acid)
- Prorionamid - Tiasetazon
- Sikloseren - Viomysin
- Kanamisin – Kapremisyn


Nama Obat
Dosis harian
(mg/kgBB/hari)
Dosis maksimal
(mg per hari)
Efek samping
Isoniazid
5 – 15
300
Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas
Rifampisin
10 – 20
600
Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan
Pirazinamid
15 – 30
2000
Toksisitas hepar, atralgia, gastrointestinal
Etambutol
15 – 20
1250
Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau, hipersensitivitas, gastrointestinal
Streptomisin
15 - 40
1000
Ototoksik, nefrotoksik
 
      Paduan OAT
     Fase intensif
      2 bulan, biasanya 3 macam OAT (rifampisin, isoniazid, pirazinamid)
      Kasus berat à minimal 4 macam OAT + kortikosteroid
     Fase lanjutan
      4 – 10 bulan
      2 macam OAT : INH dan Rifampisin


      FDC (fixed dose combination)

Berat Badan (kg)
2 bulan fase intensif
RHZ (75/50/150 mg)
4 bulan  fase lanjutan
RH (75/50 mg)
5 – 9
1 tablet
1 tablet
10 – 19
2 tablet
2 tablet
20 – 32
4 tablet
4 tablet
 

1.      Pembedahan pada TB Paru
2.      DOTS
      DOTS (Directly Obseved  Treatment Shortcourse)
1.      komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.
2.      diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
3.      Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung Pengawas Menelan Obat (PMO)
4.      kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
5.      Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulamngan TBC
3.      Pencegahan
      Imunisasi BCG :
     Pada anak < 2 bulan
     Untuk mencegah TB berat
      Kemoprofilaksis :  -
     Ada riwayat kontak
     Uji tuberkulin
     INH 5-10 mg/kg/hari
      Program kontrol.

DAFTAR PUSTAKA
Tuberkulosis – Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006.
Sumber : Dr. Rika Esnita, Sp. A
Sumber : perawatpskiatri.blogspot.com
Sumber : kautsarku.wordpress.com
Sumber : infopenyakit.com

No comments:

Post a Comment